![]() |
Pantai Kusamba, Klungkung. (balisaja.com/I Made Sujaya) |
(Bagi RS)
Laut belum tenang dalam lelap
nyanyian anak anak bermain ombak
terbawa dalam tidur
memasuki kampung purba
hembusan ilalang riuh sorak sorai
menyergap meruntuhkan pertahanan
kampung kemenangan aksara
sungguh masa lalu terasa lain
kusanegara kusamba
malam makin masuk
dengan berbagi rindu
dimanakah rumah dalam warna kusam
aku ingat
karena percakapan saling silang
sampai cahaya merah menembus jendela
mengusap usap kantuk
sajak sajak belum juga jadi
kusanegara kusamba
matahari menyapa
mengapa belum juga ada terbangun
percakapan percakapan telah dilupakan
sesungguhnya aku ingat
adakah kabar kerinduanmu bertatap
dengan takzim aku katakan
kampung purba kemenangan aksara
jalan panjang bersajak
membuatku bertahan
Klungkung 2020
Kali Unda (II)
Mengalirlah air mata
menyusur sepanjang kali unda
hembusan angin bunyi jembatan
sejak subuh orang orang melintas
saling bercakap
dalam gelap masih terlihat jalan
inilah pertaruhan
tanpa air mata air kali sejarah
apakah esok masih hidup
mengalirlah air mata
ada yang namanya harapan
sepanjang kesetiaan terjaga
masih terdengar bunyi jembatan
menyimpan segala kekuatan
menjaga hidup
batu kali sekian kali tergerus
orang orang yang melintas
sudah entah dimana
hanya potongan potongan cinta
hanyut terbawa air kali unda
kalaupun aku berdiri
di tengah jembatan kayu kali unda
tak ada bulan
tak kulihat siapa
hanya kenangan itu teramat dahsyat
untuk ditinggal
Binduana, Klungkung 84-20
Di Depan Gua Jepang
Bagi SWP
Rahasia percakapan jelang pagi
tanda tanya
gambar gambar tiga warna
patung patung batu yang gelap
telah tumpah pada cinta
angan angan saat lahir
tak ada yang bertahan
sekecil apa pun sampai akhirnya
Mengusut usut rentang riwayat
sambil menghitung gugusan daun-daun
sajian sajen tiap sudut tanah
senantiasa terawat
orang-orang di luar ada berbisik
ada mengirim isyarat
hanya kau sudah dapat membaca
Tak ada nama pada buku tamu
tak ada tulisan apa saja
sudah sekian waktu
gua gua berjajar sepi sejarah yang basah
gambar-gambar tiga warna
talinya ada terlepas
patung patung bali yang gelap
tengadah ke langit
wajah tua tanpa nama di buku tamu
melintas lintas bayanganmu
aku pun menuliskan satu kata sajak
kau pun lantas tersenyum
dalam rasa yang sama.
________________________________
I Wayan Suartha, penyair kelahiran Klungkung pada tahun 1957. Menulis sajak sejak SMP, tetapi baru dipublikasikan pada tahun 1977 di berbagai media massa di Bali dan Jakarta. Selain puisi, Suartha juga menulis naskah drama. Tahun 2012, buku naskah dramanya berjudul Rantai Putus mengantarkan Suartha meraih penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali. November 2020 lalu, buku antologi puisi tunggalnya, Buku Harian Ibu belum Selesai, diterbitkan Prasasti O.