Menu

Mode Gelap
Menghapus Garis Demarkasi Kolonial: Catatan Pertunjukan Arja Mahasiswa Bahasa Bali Undiksha Kebun Jagung di Beranda Kelas: Catatan dari Pelatihan Menulis bagi Guru dan Siswa SMKN 1 Petang Digelar 23-25 Juli 2024, Rare Bali Festival Usung Tema “Tribute to Made Taro” Mengenang Kembali Dedikasi Maestro I Gusti Nyoman Lempad Integrasi Literasi dalam Pembelajaran dan Digital Kultur: Workshop Literasi-Numerasi SMPN 1 Selemadeg Timur

Puisi · 31 Mei 2021 08:42 WITA ·

Ritual Jarak [Sajak-sajak Wayan Esa Bhaskara]


					Jaga jarak (balisaja.com/pixabay.com) Perbesar

Jaga jarak (balisaja.com/pixabay.com)

Ritual Jarak

 

berpuluh depa

tanda-tanda baca itu terurai

pilu ibu merindu

dalam haiku

yang matang dibakar seteru

menahun bayang masa lalu

tiada lagi tutupi senja

ke seberang ingatan-ingatan kita

 

aku kembali memilih waktu

yang perlahan membusuk

sebab ia terus melaju

pada dua per empat garis batin

 

tiada terukur

jarak madu pada kisah-kisah lelah,

aku rasa bersalah

 

saat pertemuan dua tiga selfi

puisi ialah benih paling sunyi

tanpa sebarispun keluh

 

aku masih manusia

setia memilah kasihmu

meski kadang membalik memburu membuntu

 

(2020)

 

Ritual Memeram Buah

 

sebuah mangga kubungkus selembar kertas

koran kemarin, kubeli di lapak sebelah rumah ibadah

dalam sajak doa

tiada menyebut sesuatu tentang waktu dan angka

yang terjadi:

dua tiga hari kemudian mangga masak

bebauannya terbawa hingga ke dalam dua

dunia pagi

dua perempuan berpasangan dalam obrolan

tema pendidikan katanya, menyiratkan gemilang

buat buah muda jadi matang

 

esok lagi kuperam dua butir alpukat mentega

masing-masing kubungkus koran beda tema

satu lembar isinya berita olahraga

satunya lagi berita pilkada

penasaran alpukat mana akan lebih cepat tua

 

aku mengira-ngira, alpukat dibungkus berita olahraga

lebih cepat matang sebab frasa kemenangan dan persaingan sehat

menyala merambat di pori-pori kulit buah agar menanak waktu lebih jujur

 

benar saja, alpukat yang dibungkus korang berita pilkada

jadi busuk karena terlalu banyak kalimat janji dan kata-kata hitam menganga kesedihan di dalamnya

 

ada banyak tema berita ingin kucoba kemudian,

memeram buah penuh gairah

pada lembar kata penuh

kesedihan-kesedihan

kegembiraan-kegembiraan

 

(2020)

 

Ritual Buah

 

setumpuk buah

telah memasrahkan dirinya

di hadapanMu

 

setumpuk buah

campuran impor lokal

berkenalan lalu mengarungi perjalanan

hari-hari pelunasan hutang kita pada hidup

yang berikan kehidupan

 

setumpuk buah

adalah pengulangan-pengulangan

sembah pada tanah

yang berikan teladan

 

ritual buah

menjadi rendah hati

saat hari berganti

 

(2021)

 

Ritual Air

 

di antara pergantian musim

mencuri keramahan

langit, tanah

nyawa daun-daun gelisah

 

dekati dekat

menjadi hujan

jauhi jauh

menjadi penuh

kadang peluh

adalah cara lenguh

dengan tenun paling tenang

 

di antara pergantian musim

alir menuju hilir

sepanjang lereng tubuhku

kau menari-nari

 

(2020)

  • Wayan Esa Bhaskara bergaul di Komunitas Mahima, Singaraja. Puisinya dimuat beberapa media cetak dan daring. Puisinya terangkum pula dalam beberapa antologi bersama. Menanam Puisi di Emperan Matamu (2018) adalah kumpulan puisi perdananya.
 
Artikel ini telah dibaca 170 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

“Tonya Dadi Pedanda”: Penampilan Bisa Menipu

22 Mei 2022 - 21:51 WITA

Ketu Pedanda

Terang Bulan Pemberian [Cerpen I Made Ariyana]

18 Juni 2021 - 21:17 WITA

Humanisme dalam Balutan Budaya Bali: Membaca Kumpulan Cerpen “Tanah” IDK Raka Kusuma

7 Juni 2021 - 01:08 WITA

Lirikan Mata Perempuanku [Cerpen IBW Widiasa Keniten]

1 Juni 2021 - 22:55 WITA

Dongeng Purba I Wayan Suartha dalam “Buku Harian Ibu belum Selesai”

27 Mei 2021 - 23:58 WITA

Dari Puncak Purnama [Sajak-sajak IBG Parwita]

26 Mei 2021 - 10:31 WITA

Trending di Puisi