Ritual Jarak
berpuluh depa
tanda-tanda baca itu terurai
pilu ibu merindu
dalam haiku
yang matang dibakar seteru
menahun bayang masa lalu
tiada lagi tutupi senja
ke seberang ingatan-ingatan kita
aku kembali memilih waktu
yang perlahan membusuk
sebab ia terus melaju
pada dua per empat garis batin
tiada terukur
jarak madu pada kisah-kisah lelah,
aku rasa bersalah
saat pertemuan dua tiga selfi
puisi ialah benih paling sunyi
tanpa sebarispun keluh
aku masih manusia
setia memilah kasihmu
meski kadang membalik memburu membuntu
(2020)
Ritual Memeram Buah
sebuah mangga kubungkus selembar kertas
koran kemarin, kubeli di lapak sebelah rumah ibadah
dalam sajak doa
tiada menyebut sesuatu tentang waktu dan angka
yang terjadi:
dua tiga hari kemudian mangga masak
bebauannya terbawa hingga ke dalam dua
dunia pagi
dua perempuan berpasangan dalam obrolan
tema pendidikan katanya, menyiratkan gemilang
buat buah muda jadi matang
esok lagi kuperam dua butir alpukat mentega
masing-masing kubungkus koran beda tema
satu lembar isinya berita olahraga
satunya lagi berita pilkada
penasaran alpukat mana akan lebih cepat tua
aku mengira-ngira, alpukat dibungkus berita olahraga
lebih cepat matang sebab frasa kemenangan dan persaingan sehat
menyala merambat di pori-pori kulit buah agar menanak waktu lebih jujur
benar saja, alpukat yang dibungkus korang berita pilkada
jadi busuk karena terlalu banyak kalimat janji dan kata-kata hitam menganga kesedihan di dalamnya
ada banyak tema berita ingin kucoba kemudian,
memeram buah penuh gairah
pada lembar kata penuh
kesedihan-kesedihan
kegembiraan-kegembiraan
(2020)
Ritual Buah
setumpuk buah
telah memasrahkan dirinya
di hadapanMu
setumpuk buah
campuran impor lokal
berkenalan lalu mengarungi perjalanan
hari-hari pelunasan hutang kita pada hidup
yang berikan kehidupan
setumpuk buah
adalah pengulangan-pengulangan
sembah pada tanah
yang berikan teladan
ritual buah
menjadi rendah hati
saat hari berganti
(2021)
Ritual Air
di antara pergantian musim
mencuri keramahan
langit, tanah
nyawa daun-daun gelisah
dekati dekat
menjadi hujan
jauhi jauh
menjadi penuh
kadang peluh
adalah cara lenguh
dengan tenun paling tenang
di antara pergantian musim
alir menuju hilir
sepanjang lereng tubuhku
kau menari-nari
(2020)
- Wayan Esa Bhaskara bergaul di Komunitas Mahima, Singaraja. Puisinya dimuat beberapa media cetak dan daring. Puisinya terangkum pula dalam beberapa antologi bersama. Menanam Puisi di Emperan Matamu (2018) adalah kumpulan puisi perdananya.