Menu

Mode Gelap
Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang Cemerlang SMA Paris di Usia 40 Tahun Menghapus Garis Demarkasi Kolonial: Catatan Pertunjukan Arja Mahasiswa Bahasa Bali Undiksha Kebun Jagung di Beranda Kelas: Catatan dari Pelatihan Menulis bagi Guru dan Siswa SMKN 1 Petang

Nak Bali · 3 Jan 2020 22:39 WITA ·

Jro Mangku Wayan Sudirta: Tukang Cukur Empat Generasi


					Jro Mangku Ketut Sudirta Perbesar

Jro Mangku Ketut Sudirta

Menjadi tukang cukur mungkin belum menjadi pekerjaan impian orang Bali. Namun, Jro Mangku Wayan Sudirta (52), warga Banjar Kayangan, Desa Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, sudah 20 tahun melakoni pekerjaan sebagai tukang cukur. Sejak tahun 1998 hingga sekarang, dia tidak pernah berhenti melayani warga yang hendak memotong rambut mereka.

“Ini pekerjaan warisan leluhur saya,” kata Mangku Sudirta sembari tersenyum saat diajak berbincang di gerai tempatnya membuka jasa tukang cukur di Jalan Cekomaria, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara.

Ya, tukang cukur memang menjadi pekerjaan yang dilakoni Mangku Sudirta secara turun-temurun. Seingat Mangku Sudirta, kakek buyutnya juga seorang tukang cukur. Pekerjaan ini lalu dilanjutkan kakek dan ayahnya. Mangku Sudirta lalu meneruskan pekerjaan ini sampai sekarang.

Keputusan melanjutkan pekerjaan leluhur sebagai tukang cukur tidak lepas dari kondisi yang dihadapi Mangku Sudirta. Sebagai pamangku di Pura Dadia Kayu Selem di desanya, Mangku Sudirta tidak bisa mengambil pekerjaan kantoran yang membutuhkan disiplin waktu yang ketat.

“Saya sudah ngayahsebagai pamangku sejak SMA. Ini tugas suci yang tidak bisa ditinggalkan. Harus saya jalani,” tutur Mangku Sudirta.

Dengan menjadi tukang cukur, imbuh Mangku Sudirta, dia bisa memiliki waktu yang amat longgar sehingga tetap bisa ngayah di pura. Ketika tiba waktunya ngayah, terutama saat Purnama atau Tilem, Mangku Sudirta akan menutup gerainya.

“Konsumen di sini sudah maklum. Mereka akan datang memotong rambut di luar hari Purnama atau Tilem,” kata Mangku Sudirta.

Mangku Sudirta mengaku belajar mencukur rambut secara swaajar atau autodidak. Dulu, dia selalu ikut ayahnya saat menjalankan tugas sebagai tukang cukur.

“Dulu orang mencukur rambut tidak membayar, tapi memberikan apa yang dimiliki sebagai tanda terima kasih. Misalnya, dikasi beras atau lainnya. Saya tahu itu karena dulu sering ikut ayah dan kakek,” tutur Mangku Sudirta.

Lantas, apakah kini sang anak juga mau melanjutkan pekerjaan sebagai tukang cukur? “Anak saya juga terkadang ikut membantu saya saat melayani konsumen. Dia sudah bisa menjadi seorang tukang cukur. Apakah nanti akan melanjutkan pekerjaan ini atau tidak, tentu tergantung dia,” kata Mangku Sudirta. (b.)

Penulis: Ketut Jagra

Artikel ini telah dibaca 244 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Nyoman Weda Kusuma: Dari Tukang Sapu Pasar ke Guru Besar

8 September 2022 - 17:23 WITA

Sosok Kadek Agung Widnyana Putra, Pemain Bali Penyumbang Gol Timnas Indonesia

4 Juni 2021 - 00:44 WITA

Kadek Agung Widnyana Putra

Nyoman Tusthi Eddy: I Tua yang Setia “Ngulat Gita”

18 Januari 2020 - 23:13 WITA

Nyoman Tusthi Eddy

I Nyoman Graha Wicaksana: Merawat Kepercayaan

26 Mei 2019 - 09:19 WITA

Nyoman Karya Dibala, Menjaga Roh Seni Pesisir Kusamba

17 April 2018 - 23:09 WITA

Ni Wayan Murdi: “Mantri Manis” Era 80-an yang Terlupakan

21 Maret 2018 - 22:34 WITA

Trending di Nak Bali