Tahun 2018 menjadi momentum penguatan rasa cinta dan kasih sayang dari keluarga Joni Agung Double T, kelompok musik reggae Bali yang memiliki ribuan pendukung fanatik. Itu tercermin dari album Cinta & Kasih Sayang yang dirilis awal Maret lalu.
Album keenam ini memiliki cerita tersendiri. Proses pengerjaannya cukup singkat. “Kurang lebih memakan waktu 1,5 bulan recording, 3 minggu mixing dan mastering di studio rumah kami, Pregina Studio Sanur Bali,” kata sang produser, Agung Bagus Mantra.
Bagus Mantra menjelaskan ada 12 lagu dalam album Cinta & Kasih Sayang. Album ini melibatkan berbagai energi kebersamaan dan energi evaluasi. Kedua energ itu memang difondasikan Joni Agung Double T dalam setiap berkarya. Tidak ada target khusus dalam penjualan album secara fisik. Namun golnya, bisa tetap bisa berkarya. Album Cinta & Kasih Sayang didedikasikan untuk menyampaikan pesan harmoni.
Joni Agung melanjutkan, tema lagu yang diangkat masih seputaran sosial, cinta dan kasih sayang. “Ada satu lagu yang sedikit berbeda secara penyajian dalam album ini yaitu lagu yang berisikan puisi doa untuk semesta yang kami garap dan kami beri judul ‘Doa Bahagia’. Kami harapkan dapat menjadi backsoundkomunitas yoga,” jelas Joni Agung yang juga penekun yoga ini.
Joni menambahkan, untuk berkarya pihaknya tidak berdasarkan atas keinginan pendengar atau pasar, namun bagaimana bisa pihaknya bermusik dan menghasilkan komposisi terbaik serta bertanggung jawab secara konten lirik dan musikal. “Itu yang kami tanamkan dalam berkarya. Dalam karya kami, yang utama itu pesan yang kita sampaikan, sesuai kekinian, bisa diterima, masyarkat senang, terhibur, dan kami rasakan itu,” ungkapnya.
Joni Agung meyakini proses berkarya itu sudah diatur alam. Dirinya cukup menjalani saja. Yang penting, kata dia, pastikan membuat orang senang, bisa terhibur, terlebih di “zaman now”. Terkait dengan fanatisme penggemarnya yang cukup berbeda dengan kelompok musik lainya. Joni mengakuinya. Menurut Joni Agung, pihaknya tak pernah mendoktrin fans. Semuanya diurus sendiri-sendiri tanpa dikomando.
“Mereka para penggemar yang tergabung dalam komunitas muncul dengan sendirinya, tidak ada komando,” kata Joni Agung.
Kendati begitu, imbuh Joni Agung, pihaknya tetap menjaga hubungan dengan penggemar, tidak saja di saat konser semata, juga di luar konser. Misalnya, dengan saling berkunjung dan saling sapa, sehingga jalinan persahabatan tetap terjaga. (b.)
Laporan: I Nyoman Dhirendra