Menu

Mode Gelap
Saraswati, E-book, dan Hoaks Raih Rancage, Ini Tiga Keunggulan Buku Renganis Karya Komang Sujana Memuliakan Bahasa, Mengharmonikan Semesta Raya Babak Pertama yang Membosankan, Babak Kedua yang Menegangkan Siap-siap Tangkil, Usabha Pitra di Pura Dalem Puri Besakih Dimulai Hari Ini

Nak Bali · 1 Mei 2014 06:08 WITA ·

Mengenang Ida Pedanda Istri Mas, Sang Pengabdi Tradisi Banten Bali


					Ida Pedanda Istri Mas, Perbesar

Ida Pedanda Istri Mas, "guru besar" banten Bali.

Hari ini, 1 Mei diperingati sebagai hari buruh internasional. Mulai tahun ini, hari buruh internasional ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia.

Di tengah gemuruh aksi demo para buruh memeriahkan hari buruh, masyarakat Bali selayaknya mengenang kembali seorang tokoh penting dalam menjaga nafas kebudayaan Bali. 1 Mei 1901, bertepatan dengan Buda Pahing wuku Uye, perempuan tangguh ini lahir di Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Namanya, Ida Ayu Made Rai. Tradisi lingkungan brahmana di griya mengharuskannya menggunakan nama Ida Pedanda Istri Mas. Dialah guru besar arsitek banten (sesaji dalam tradisi ritual Bali) atau dikenal sebagai wiku tapini, bahkan mahatapini.

Nama Ida Pedanda Istri Mas begitu melegenda dalam dunia tapini. Maklum, sang wiku merupakan tapini yang selalu berperan penting dalam berbagai upacara besar di Pura Agung Besakih. Ida Pedandan Istri Mas sudah terlibat ngayah mempersiapkan berbagai banten (sesaji) saat Karya Eka Dasa Rudra pada tahun 1963 di Pura Besakih. Hal ini berlanjut manakala digelar karya-karya sejenis lain, seperti Eka Dasa Rudra tahun 1979, Tri Bhuwana, Candi Narmada, Panca Bali Krama, Eka Bhuwana dan lainnya.

Ida Bagus Agastia dan Ida Bagus Putu Suamba yang menyusun biografi Ida Pedanda Istri Mas Seorang Mahatapini dan Yogini menyebut Ida Pedanda Istri Mas sebagai arsitek banten sekaligus ensiklopedia banten. Ia menjadi pusat informasi banten.

Menurut Agastia, tapini termasuk dalam tri manggalaning yajna (tiga pemimpin upacara), yang terdiri atas yajamana, tapini dan pengrajeg. Yajamana adalah seorang sadhaka atau sulinggih yang bertanggung jawab pada pelaksanaan yajna secara keseluruhan. Tapini adalah seorang sadhika atau sulinggih istri yang bertanggung jawab pada pembuatan banten atau yantra. Sedangkan pangrajeg adalah orang yang bertanggung jawab pada pengadaan segala sarana upakara dan upacara.

Agastia mencatat sikap tulus ngayah tertanam kuat dalam diri Ida Pedanda Mas. Itu sebabnya, sang wiku senantiasa menyebut diri ngayah manakala ditanya seputar keterlibatannya dalam berbagai upacara. Manakala ngayah, Ida Pedanda Istri Mas seolah mendapatkan limpahan semangat, bahkan manakala usia semakin uzur. Banten memberikan daya hidup dalam diri Ida Pedanda Istri Mas.

Menurut Agastia, banten memang merupakan sebuah jalan yoga. Lantaran, dalam pembuatan banten terbina juga konsentrasi, kesucian dan pengendalian diri.

Boleh jadi karena itulah, Ida Pedanda Istri Mas mampu menapak usia hingga 111 tahun. Ida Pedanda dari Griya Alit Budakeling ini baru tutup usia pada Senin, 6 Februari 2012, sekitar pukul 04.30. Di zaman modern ini, tidak banyak yang bisa bertahan sampai seusia Ida Pedanda Istri Mas. Sang suami sendiri, Ida Pedanda Gede Wayan Alit (alm), sudah lebih dulu berpulang pada tahun 1974.

Bali selayaknya memang mengenang sosok Ida Pedanda Istri Mas, sang pengabdi yang sepenuh hati menjaga bagian penting tradisi Bali bernama banten. (b.)

  • Penulis: I Made Sujaya
  • Foto: Repro
  • Penyunting: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 720 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Nyoman Weda Kusuma: Dari Tukang Sapu Pasar ke Guru Besar

8 September 2022 - 17:23 WITA

Sosok Kadek Agung Widnyana Putra, Pemain Bali Penyumbang Gol Timnas Indonesia

4 Juni 2021 - 00:44 WITA

Kadek Agung Widnyana Putra

Nyoman Tusthi Eddy: I Tua yang Setia “Ngulat Gita”

18 Januari 2020 - 23:13 WITA

Nyoman Tusthi Eddy

Jro Mangku Wayan Sudirta: Tukang Cukur Empat Generasi

3 Januari 2020 - 22:39 WITA

Nyoman Karya Dibala, Menjaga Roh Seni Pesisir Kusamba

17 April 2018 - 23:09 WITA

Ni Wayan Murdi: “Mantri Manis” Era 80-an yang Terlupakan

21 Maret 2018 - 22:34 WITA

Trending di Nak Bali