Sejak Minggu (22/3) lalu hingga Selasa (24/3) hari ini, umat Hindu di Bali melaksanakan upacara pemelastian sebagai rangkaian dari hari suci Nyepi tahun baru Saka 1931 yang jatuh pada Kamis (26/3) lusa. Umat berbondong-bondong mengarus menuju pantai, danau, sungai, atau pusat-pusat mata air lainnya. Inilah sebuah ritus sosio-religius perjalanan menuju air.
Namun, melasti sesungguhnya berasal dari kata me dan lasti. Lasti berarti tepi. Senyatanya melasti memang perjalanan menuju tepi pusat mata air: tepi laut, tepi danau, tepi sungai dan sejenisnya. Ini merupakan tradisi agraris yang mengingatkan manusia untuk senantiasa menjaga pusat-pusat mata air. Sebab, dalam keyakinan orang Bali, air adalah sumber kehidupan.
Agama orang Bali, sebelum diakui sebagai agama Hindu, dikenal dengan sebutan agama tirtha, agama air. Agama yang ritualnya diawali dan diakhiri dengan air suci (tirtha). Air menjadi pokok ritual keagamaan orang Bali.
Namun, ratusan tahun melasti dilaksanakan di Bali, bayang-bayang krisis air tetap saja menghantui. Tradisi ritual yang sarat pesan untuk merawat pusat-pusat mata air ternyata tak diikuti dengan kesadaran untuk menjaga sumber-sumber mata air Bali.
Karenanya, sudah saatnya melasti tidak semata dimaknai sebatas sebagai ritual religius dengan makna simbolis tetapi juga harus diresapi sebgai pesan kultural yang penting untuk mulai merawat dan melestarikan sumber-sumber air Bali. Hanya dengan begitu, Bali akan tetap menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali, tidak saja bagi manusia Bali, tetapi juga bagi agama tirtha, agama air, agama Hindu.
Selamat Hari Suci Nyepi tahun Baru Saka 1931!