Bagi krama Desa Pakraman Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, tak ada hari yang lebih istimewa dari Purnama Kalima. Pada Purnama Kalima yang jatuh Rabu (24/10) lalu, krama Desa Pakraman Kusamba menggelar upacara Ngusaba Nini. Ini upacara besar yang dilaksanakan setahun sekali dan dipusatkan di Pura Segara, di pesisir Pantai Kusamba.
Kemeriahan Ngusaba Nini di Desa Pakraman Kusamba bahkan menyerupai kemeriahan perayaan hari Galungan dan Kuningan. Warga Kusamba di perantauan umumnya pulang kampung pada Purnama Kalima dengan harapan bisa mundut jauman saat prosesi mapeed.
Memang, salah satu prosesi khas Ngusaba Nini di Pura Segara Kusamba, yakni tradisi mapeed. Mapeed mulai dilaksanakan sejak hari pertama Ngusaba, Rabu (24/10) hingga Sabtu (27/10). Lazimnya prosesi mapeed, krama Desa Pakraman Kusamba, baik lanang maupun istri bakal membentuk barisan iring-iringan panjang sembari menjunjung berbagai sesaji dan pratima atau pralingga Ida Batara. Peed diawali dari Pura Puseh dan berakhir di Pura Segara, sekitar 1,5 km.
Krama Desa Pakraman Kusamba umumnya senang bisa ikut dalam barisan mapeed. Bagi mereka, ikut mapeed berarti ikut mundut Ida Batara. Kalau sudah dapat mundut, krama biasanya mengaku merasa bahagia sekali.
Bahkan, sejumlah krama lanang menuturkan, beratnya joli tak terasa saat mereka mundut. Kisah-kisah serupa juga sering terdengar dari para pamundut atau pamedek ketika dilaksanakan upacara melasti Ida Batara dari Pura Besakih di kaki Gunung Agung ke Pura Watu Klotok, Klungkung.
Meski mapeed dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, rangkaian upacara ngusaba di Pura Segara berlangsung selama 11 hari. Tengah malam saat hari pertama ngusaba, dilaksanakan ritual ngaturang pakelem ke tengah laut.
Bendesa Desa Pakraman Kusamba, AA Raka Swastika menjelaskan Ngusaba Nini di Pura Segara Kusamba sejatinya sebagai ungkapan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam prabhawa-nya sebagai Batara Segara (Baruna) dan Batari Sri Nini (Dewi Sri) atas karunia melimpah sepanjang tahun sebelumnya. “Kenapa dilaksanakan di Pura Segara karena di Kusamba banyak krama hidup dari laut. Kami di Kusamba tidak melaksanakan pangusaban di Pura Desa,” kata Raka Swastika.
Upacara Ngusaba Nini ditandai dengan dua tradisi khas, yakni mapeed dan nyepi segara. Mapeed, kata Raka Swastika, sebagai simbol bhakti krama berupa banten jaumanyang biasa disebut sebagai jauman desa. Banten jauman ini beserta berbagai sarana upakara lainnya di-pundut dari Pura Puseh menuju Pura Segara untuk selanjutkan dipersembahkan selama ngusaba berlangsung.
“Namun, ngaturang banten jauman itu hanya selama empat hari sejak panganteg, umanis, pahing, serta hari panglemek. Selama empat hari itulah dilakukan tradisi mapeed. Sementara hari kelima hingga penyinebandipersembahkan rayunan japit,” beber Raka Swastika. (b.)
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI