Oleh: I MADE SUDIANA
Pengguna bahasa Bali pasti tidak asing lagi dengan kata nénggél. Kata ini sering dijadikan pertanyaan dengan harapan yang ditanyakan tidak menemukan jawabannya.
Apa padanan satu kata untuk kata nénggél dalam bahasa Indonesia?
Demikian biasanya pertanyaan antarpenutur bahasa Bali kepada lawan tanyanya. Kalau pertanyaan tersebut ditanyakan kepada seseorang, biasanya yang ditanya langsung menjawab tidak ada. Kalau dua kata, ada. Dua kata, padanannya hampir jatuh.
Adakah padanan kata nénggél dalam bahasa Indonesia?
Secara tidak sengaja ketika membaca tesis karya I Gusti Ketut Anom (1995), saya menemukan penjelasan adjektiva (kata sifat) dalam bahasa Bali. Penjelasan adjektiva ini berkaitan dengan pembentukan verba (kata kerja) dalam bahasa Bali.
Ada adjektiva yang disebut dengan adjektiva klasifikatoris. Adjektiva jenis ini adalah adjektiva dalam bahasa Bali yang tidak dapat diberi penjelas adverbia (kata keterangan) lebihatau sufiks -an yang bermakna taraf lebih. Dicontohkan dalam tesis tersebut: palsu ‘palsu’, limuh ‘pingsan’, genep ‘genap’, bolong‘berlubang’, nénggél ‘tubir’.
Kata nénggél dalam tesis tersebut disebut sebagai adjektiva klasifikatoris. Kata nénggéldipadankan dengan ‘tubir’. Inilah kali pertama saya menemukan kata tubiryang disepadankan dengan kata nénggél dalam bahasa Bali.
Banyak anggapan bahwa tidak ada padanan yang sepadan dengan kata nénggél dalam bahasa Indonesia.Saya segera membuka kamus. Karena saya sedang bekerja daring, tentu kamus yang paling mudah dibuka adalah KBBI Daring.
Ternyata KBBI Daring memuat entri tubir. Dalam KBBI, tubir berkelas kata nomina (kata benda). Kelima makna yang dimunculkan berkelas kata nomina.
Tubir bermakna (1) tebing (jurang dan sebagainya) yang curam; (2) tepi sesuatu yang dalam (seperti tepi jurang, tepi kawah, tepi sungai); (3) tempat yang dekat sekali dengan tepi sesuatu yang dalam (seperti tepi jurang); (4) tempat yang dalam sekali (di laut dan sebagainya); dan—makna terakhir adalah makna kiasan—(5) keadaan yang hampir pada sesuatu yang sangat berbahaya (mati dan sebagainya).
Makna ke-5 inilah yang paling dekat dengan nénggél,yaitu keadaan yang hampir pada sesuatu yang sangat berbahaya (mati dan sebagainya).
Pencarian pun saya lanjutkan pada pencarian di mesin pencari secara daring dengan kata kunci tubir.
Pencarian saya menemukan hasil. Sebuah berita di republika.co.id memuat kalimat: The Magpies, julukan Newcastle, berada di tubir jurang degradasi klasemen Liga Primer Inggris 2020/2021.
Berita koran.tempo.co juga memuat judul tulisan: Di Tubir Jurang Resesi. Dalam berita tersebut dikatakan, bila gelombang susulan pendemi melanda tanah air, perekonomian terancam berkontraksi jauh lebih dalam hingga berisiko memasuki jurang resesi.
Berita kompas.id memuat judul berita: Kepentingan Publik di Tubir Kuasa Modal. Dalam berita itu dikatakan pemilik modallah yang paling bekuasa atas kepentingan publik.
Berita energyworld.co.id memuat judul berita: Penambang Emas Ilegal di Tubir Maut Parigi Moutong Sulteng. Dikatakan dalam berita tersebut bahwa para penambang berada dalam keadaan berbahaya dalam menjalankan aktivitasnya.
Kalau kita memperhatikan keempat berita yang memuat kata tubir tersebut, kata tubir sudah digunakan, cuma kita tak sadar maknanya bisa disejajarkan dengan nénggél.
Apa makna kata nénggél itu?
Kamus Bahasa Bali—Indonesia, Balai Bahasa Provinsi Bali Daring memuat kata ténggél, nénggél berkelas kata adjektiva, bermakna terletak di pinggir (meja, dipan, dsb.) sehingga rawan jatuh atau mudah dijangkau.
Selain nénggél, turunan ténggél adalah ténggélang (verba) bermakna ‘taruh pada tempat yang mudah dijangkau’; ténggélanga (verba) bermakna ‘ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau’.
Mari kita perhatikan sebuah kalimat bahasa Bali: Cangkiré nénggél. Dalam bahasa Indonesia kalimat itu bisa kita terjemahkan: Cangkir itu hampir jatuh—mungkin berada di pinggir sebuah meja.
Cangkir itu berada keadaan yang hampir pada sesuatu yang sangat berbahaya (sesuai dengan makna ke-5 dalam KBBI) tidaklah salah. Akan tetapi, pencarian saya tidak menemukan kalimat: Cangkir itu tubir. Mungkin kalimat yang lebih tepat: Cangkir itu berada di tubir meja.
Pencarian saya lebih jauh tentang cangkirdan tubir menemukan sebuah puisi yang dimuat di sebuah media sosial: Ada bekas bibir di tubir cangkir.
Kembali ke nénggél yang disepadankan dengan tubir. Dalam bahasa Bali ténggél bisa dibentuk menjadi nénggél. Proses ini disebut dengan nasalisasi atau penambahan afiks (imbuhan) nasal (N-).
Dalam tataran kalimat, nénggél termasuk verba keadaan, seperti dalam kalimat Cangkiré nénggél. Secara kelas kata, nénggél dalam bahasa Bali dikelaskan sebagai adjektiva (kata sifat). Dengan demikian, nénggél bisa berkelas kata adjektiva dan bisa juga verba, tergantung konteksnya.
Bagaimana dengan turunan kata tubir dalam bahasa Indonesia. Secara pembentukan kata, tentu kata tubir bisa diturunkan. Dalam KBBI tubir tidak dimuat turunannya.
Ada teman menanyakan, bagaimana mengindonesiakan buangné nénggél?
Saya jawab saja, berahinya menubir.
Kata tubir kalau dijadikan verba, bisa dibentuk dengan menambahkan imbuhan meng- (meN-). Jadi, meng- + tubir menjadi menubir.
Bagaimana pendapat Anda? (b.)
__________________________________________
I MADE SUDIANA, peneliti bahasa di Balai Bahasa Bali.