Cerita Sukses I Wayan Rasna, Pengusaha Lokal dari Pecatu
Oleh: I MADE SUJAYA
Namanya I Wayan Rasna. Lelaki sederhana dari Desa Pecatu, Kuta Selatan ini baru mulai merintis bisnis dalam bidang akomodasi wisata. Sebagai pengusaha lokal, Rasna kaya mengalami sendiri betapa beratnya tantangan yang dihadapi untuk bisa eksis. Terlebih lagi bersaing dan bersanding dalam industri pariwisata dengan para pemilik modal besar dari luar. Namun, pengalaman paling berharganya, berkali-kali menolak tawaran menggiurkan agar dirinya menjual tanah miliknya.
![]() |
I Wayan Rasna, pengusaha lokal dari Pecatu (Foto: sujaya) |
Rasna memiliki cerita menarik di balik kelahiran usaha akomodasi wisata yang dimilikinya kini, Uluwatu Cottage. Lelaki yang sebelumnya sebagai peselancar (surfer) ini mengaku tidak pernah terpikir untuk berbisnis dalam bidang jasa akomodasi wisata. Pikirannya terbuka manakala bertemu sahabatnya, Michael Byern. Tatkala diajak melihat-lihat lahan milik pribadi Rasna di atas tebing, sahabatnya itu member nasihat.
“Kamu punya tambang emas, kamu punya cangkul, tinggal dikelola. Tempat kamu ini bagus, tinggal membangkitkan pikiran yang mati. Kamu harus berani mencoba. Kalau kamu tidak pernah mencoba, kamu tidak akan pernah tahu. Tidak ada kegagalan, tidak akan ada keberhasilan,” tutur sang bule seperti ditirukan Rasna.
Pada kesempatan yang berbeda, Rasna juga kerap bertemu tamu-tamu asing yang mengingatkannya agar tidak menjual tanah Bali. Daripada dijual, lebih baik dikelola sendiri karena Bali merupakan tambang emas. Kalau pun tidak bisa dikelola sendiri, bisa ditempuh dengan cara kerja sama.
Pada tahun 2002, ada temannya yang orang asing menawar tanahnya Rp 400 juta per are. Namun, Rasna menyatakan tidak menjual lahannya. Ternyata sang tamu bukan marah, melainkan senang karena menganggap cara berpikir Rasna benar.
Akhirnya, pada tahun 2010, niat Rasna pun bulat untuk memulai mengelola sendiri tempat yang dimilikinya. Menggunakan dana milik pribadi dan pinjaman dari LPD Desa Adat Pecatu, Rasna mulai menata lahan miliknya. Dua tahun kemudian, cottage yang dimimpikan Rasna pun terwujud.
Sejak saat itu, Rasna berprinsip tanah adalah aset penting bagi orang Bali selain dirinya sendiri dan kebudayaannya. Jika orang Bali menjual tanahnya, tidak saja kehilangan ruang untuk eksistensi diri sebagai orang Bali, juga kehilangan “tambah emas” paling berharga yang dimiliki.
“Bali memang tidak punya sumber daya alam di bidang pertambangan. Tapi, tanah Bali ini adalah tambang emas tak ternilai harganya. Kenapa? Karena di atasnya tumbuh subur budaya Bali yang adiluhung,” kata Rasna.
Dalam dunia bisnis, menurut Rasna, kegagalan itu keniscayaan. Karena itu, terjun ke dunia bisnis, tidak boleh takut gagal. Justru, bagi I Wayan Rasna, tidak ada kegagalan, tidak akan ada keberhasilan. Mengelola lahan milik sendiri untuk bisnis tentu saja sangat rentan kegagalan.
Namun, Rasna tetap yakin dengan langkahnya. Dia memulai langkahnya pada tahun 2012 mendirikan Uluwatu Cottage. Meski masih terbilang seumur bawang, perkembangan usaha akomodasi yang didirikan di atas tanah milik pribadi Rasna seluas 50 are itu kini sudah makin berkibar. Dukungan lokasi di atas tebing dengan view(pemandangan) hamparan laut menjadi nilai lebih Uluwatu Cottage.
Saat ini, Uluwatu Cottage yang awalnya bernama Surga Bali ini memiliki 14 kamar. Belakangan, Rasna berencana menambah lagi lima kamar untuk kelas eksekutif. Pembangunan kamar tambahan itu kini sedang dalam proses. Keputusan Rasna yang menolak menjual tanahnya ternyata benar. Rasna kini mulai memetik hasil dari “tambang emas” miliknya itu. (b.)
_________________________
Foto: I MADE SUJAYA
Penyunting: I KETUT JAGRA
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI