Menu

Mode Gelap
Menghapus Garis Demarkasi Kolonial: Catatan Pertunjukan Arja Mahasiswa Bahasa Bali Undiksha Kebun Jagung di Beranda Kelas: Catatan dari Pelatihan Menulis bagi Guru dan Siswa SMKN 1 Petang Digelar 23-25 Juli 2024, Rare Bali Festival Usung Tema “Tribute to Made Taro” Mengenang Kembali Dedikasi Maestro I Gusti Nyoman Lempad Integrasi Literasi dalam Pembelajaran dan Digital Kultur: Workshop Literasi-Numerasi SMPN 1 Selemadeg Timur

Ala Ayuning Dewasa · 27 Nov 2013 20:03 WITA ·

“Pegatwakan”, Musim “Nganten” pun Tiba


					“Pegatwakan”, Musim “Nganten” pun Tiba Perbesar

Pasangan muda yang hendak menikah biasanya bakal menunggu-nunggu hari Pegatwakan. Pasalnya, setelah Pegatwakan, biasanya dewasa ayu (hari baik) untuk melangsungkan pernikahan pun bermunculan.

Pegatwakan merupakan nama lain hari Buda Kliwon Pahang. Seperti namanya, Buda Kliwon Pahang jatuh saban hari Buda (Rabu), wara Kliwon, wuku Pahang atau 35 hari setelah hari Galungan. Hari suci ini biasanya ditandai dengan pencabutan penjor yang terpancang di tiap-tiap bagian depan rumah semenjak hari Penampahan Galungan lalu. Segala jenis sampah dari penjor Galungan itu akan dibakar dan abunya dimasukkan ke dalam kelapa gading kasturi. Selanjutnya, abu pembakaran dalam kelapa gading kasturi itu akan ditanam di pekarangan rumah.

Menurut Ketua Yayasan Dharma Acarya, IB Putu Sudarsana dalam buku Ajaran Agama Hindu (Acara Agama), dikatakan hari Pegatwakan karena merupakan batas terakhir dari tapa pelaksanaan upacara hari suci Galungan. Selama sebulan (dalam perhitungan Bali, satu bulan itu selama 35 hari), umat Hindu anyekung puja mantra. Kala itu, umat tidak diperkenankan nibakang padewasan (menentukan hari baik) untuk pelaksanaan upacara.

Menurut IBP Sudarsana, pegat itu berarti ‘putus’. Putus mengandung maksud pelepasan (pengelebaran). Sementara kata wakan berasal dari kata wakya yang artinya sabda atau anyekung puja mantra.

“Dengan demikian, maksud dari hari Pegatwakan yakni pada saat hari itulah melepaskan tapa dan anyekung puja mantra, sehubungan dengan pelaksanaan hari suci Galungan. Setelah lewat hari Pegatwakan, barulah umat Hindu boleh nibakang padewasan untuk kepentingan pelaksanaan upacara agama,” kata Sudarsana.

Memang, hari sepanjang hari suci Galungan hingga pegatwakan dikenal dengan sebutan nguncal balung. Saat nguncal balung dipantangkan melaksanakan upacara-upacara besar karena saat itu dianggap sebagai dewasa yang kurang baik.

Kini, setelah lewatnya Pegatwakan, akan banyak umat Hindu yang melangsungkan upacara keagamaan. Mulai dari ngaben hingga nganten. Maka, bersiap-siaplah Anda menerima undangan merah upacara pernikahan sahabat atau kerabat Anda setelah Pegatwakan ini. (b.)

  • Penulis: I Ketut Jagra
  • Penyunting: I Made Sujaya
Artikel ini telah dibaca 167 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Pegatwakan Tiba: Ngabut Penjor Dulu, Nanceb Tetaring Kemudian

19 Mei 2021 - 05:19 WITA

Begini Hari Baik Berhubungan Intim Menurut Lontar “Pameda Smara”

11 Mei 2021 - 23:37 WITA

Bali Miliki Bulan Ketiga Belas, Ini Makna dan Pantangannya

21 Mei 2016 - 23:46 WITA

Mau Beli Kendaraan Bermotor? Ini Hari Baik Menurut Tradisi Bali

18 Oktober 2015 - 00:30 WITA

Ketika Tradisi “Padewasan” Dilabrak

20 Juli 2015 - 23:44 WITA

Inilah Hari-hari Pantangan Menikah dalam Tradisi Bali

22 November 2013 - 21:34 WITA

Trending di Ala Ayuning Dewasa