Menu

Mode Gelap
Menghapus Garis Demarkasi Kolonial: Catatan Pertunjukan Arja Mahasiswa Bahasa Bali Undiksha Kebun Jagung di Beranda Kelas: Catatan dari Pelatihan Menulis bagi Guru dan Siswa SMKN 1 Petang Digelar 23-25 Juli 2024, Rare Bali Festival Usung Tema “Tribute to Made Taro” Mengenang Kembali Dedikasi Maestro I Gusti Nyoman Lempad Integrasi Literasi dalam Pembelajaran dan Digital Kultur: Workshop Literasi-Numerasi SMPN 1 Selemadeg Timur

Bali Iloe · 24 Mei 2021 01:27 WITA ·

Detik-detik Perang Kusamba 24-25 Mei 1849


					Detik-detik Perang Kusamba 24-25 Mei 1849 Perbesar

Perang Kusamba, 24—25 Mei 1849 bermula dari peristiwa terdamparnya dua skoner (perahu) milik G.P. King, seorang agen Belanda yang berkedudukan di Ampenan, Lombok di pelabuhan Batulahak, di sekitar daerah Pesinggahan. Kapal ini kemudian dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan. Raja Klungkung sendiri menganggap kehadiran kapal yang awaknya sebagian besar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau sehingga langsung memerintahkan untuk membunuhnya.

Oleh Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta sekaligus merupakan agen Belanda, peristiwa itu dilaporkan kepada wakil Belanda di Besuki. Residen Belanda di Besuki memprotes keras tindakan Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang. Kegeraman Belanda bertambah dengan sikap Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga, April 1849. Karenanya, timbullah keinginan Belanda untuk menyerang Klungkung.

Ekspedisi Belanda yang baru saja usai menghadapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan ke Padang Cove (sekarang Padang Bai) untuk menyerang Klungkung. Diputuskan, 24 Mei 1849 sebagai hari penyerangan. Berikut kronologi detik-detik Perang Kusamba yang dipetik dari buku Sejarah Klungkung: Dari Smarapura sampai Puputan (Pemkab Dati II Klungkung, 1983), Bali Pada Abad XIX (Agung, 1989), dan buku Ida I Dewa Agung Istri Kanya: Pejuang Wanita Rakawi Melawan Kolonialisme Belanda di Kerajaan Klungkung Abad ke-19 (Pemkab Klungkung, 2002).

24 Mei 1849 pukul 05.30

Pemimpin pasukan Belanda, Mayor Jendral A.V. Michiels memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan Padangbai menuju Goa Lawah. Pasukan Belanda yang berangkat untuk mendekati benteng Goa Lawah dibagi menjadi dua kekuatan. Kelompok pertama ditugaskan menyelidiki kedudukan sikep (laskar) Klungkung sambil merintis jalan bagi pasukan yang kedua.

Pasukan Belanda yang diberangkatkan pertama ini dipimpin Letnan Kolonel van Swieten. Pasukannya terdiri atas batalion infanteri XIII sejumlah tujuh kompi dan batalion V sejumlah tiga kompi. Keduanya dilengkapi dengan sebuah seksi regu penembak yang biasa beroperasi di pegunungan, empat buah mortir 11,5 dan sejumlah tenaga pengangkut.

Pasukan kedua terdiri atas batalion II sebanyak tujuh kompi infanteri, batalion VII sebanyak empat kompi. Pasukan kedua yang dipimpin langsung Mayor Jenderal Michiels terdiri atas dua seksi meriam lapangan, pasukan pembantu dari Madura berupa 1.000 orang kuli pengangkut makanan untuk tiga hari pertempuran.

24 Mei 1849 Pukul 08.00

Pasukan Letkol van Swieten tiba di dekat Pura Goa Lawah. Mereka mengambil tempat sekitar 300 meter dari pusat pertahanan Klungkung. Kemudian diikuti pasukan di bawah komando Jenderal Michiels dibantu beberapa perwira angkatan darat dan laut, seperti Letnan Kolonel Helbach, Letnan Kolonel Le Bron, Letnan Kolonel Poland, Kapten van Mannen Kallermen, Bouricius dan Kapten Sorg.

Para sikepKlungkung yang bertahan di belakang tembok yang memanjang dari ujung sebelah barat dan sekitar Pura Goa Lawah tidak melakukan serangan karena pasukan Belanda masih jauh. Pasukan Letkol van Swieten naik ke punggung bukit lalu menembak ke arah pertahanan sikepKlungkung.

Pertempuran pun pecah. SikepKlungkung berharap pasukan Belanda maju menyerang, tapi mereka tetap bertahan. Senjata keris, pedang, tombak yang digunakan sikep Klungkung pun tak dapat difungsikan. Meski begitu, sikep Klungkung berusaha sekuat tenaga mempertahankan benteng Goa Lawah.

24 Mei 1849 Siang

Setelah lima jam bertempur, sikep Klungkung pun memutuskan mundur ke barat menuju benteng Kusamba. Benteng Kusamba yang terletak sekitar 4 kilometer dari Goa Lawah merupakan pertahanan ke dua kerajaan Klungkung.

Benteng ini sangat kuat karena selain dibangun tembok perbentengan dan pagar berlapis di segala jurusan di tepi desa, Kusamba juga merupakan pemukiman penduduk yang sangat luas. Pemukiman penduduk dengan lorong yang berliku-liku menjadi benteng pertahanan yang tangguh bagi sikep Klungkung. Tercatat sekitar 3.000 sikep terlibat memperkuat pertahanan Klungkung di Kusamba.

Pasukan Belanda yang tidak memahami medan memilih menjaga jarak. Sikep Klungkung mulai menyerang pasukan Belanda yang datang dari tengah. Belanda menembakkan artileri ke arah sikep Klungkung sehingga banyak laskar Klungkung yang gugur. Sikep Klungkung kembali menyerang pasukan Belanda yang dari kiri dan mendekati perthanan Kusamba dari arah pantai selatan.

Tembakan artileri Belanda menghalau serangan sikep Klungkung yang datang laksana semut itu. Sebuah pertempuran hebat juga terjadi di depan Puri Kusamba. Namun, perlawanan hebat dan pantang menyerah sikep Klungkung itu tak mampu menghalau serangan Belanda.

24 Mei 1849 Pukul 15.00

Saat hari beranjak sore, Kusamba pun jatuh ke tangan Belanda. Mereka menguasai Kusamba dan menyiapkan perkemahan untuk menginap sebelum melanjutkan serangan ke Kota Klungkung. Sementara sikep Klungkung memilih mundur ke desa-desa di sekitarnya, seperti Gunaksa, Sampalan, Satrya, dan Dawan.

24 Mei 1849 Tengah Malam

Berkemah di Kusamba yang masih dikelilingi sikep Klungkung yang masih bertahan di rumah-rumah penduduk maupun di desa-desa sekitarnya menjadi satu-satunya pilihan Mayor Jendral Michiels. Bahaya tentu mengancam. Tapi, pasukannya yang lelah bertempur selama hampir sembilan jam mesti diistirahatkan.

Jatuhnya Goa Lawah dan Kusamba membuat hati Ida Dewa Agung Istri Kanya benar-benar mendidih. Tengah malam itu juga, Ida I Dewa Agung Istri Kanya bersama Mangkubumi Anak Agung Ketut Agung serta Anak Agung Made Sangging memutuskan melakukan serangan balasan ke Kusamba.

25 Mei 1849 Pukul 03.00

Barisan depan sikep Klungkung sudah mencapai daerah barat Puri Kusamba dan langsung menyerang kedudukan kemah pasukan Belanda. Semua anggota pasukan mariner yang dipercayai menjaga pos sedang tertidur karena kelelahan sehingga tak menyadari sikep Klungkung menyerang.

Serangan sikep Klungkung dilakukan dalam tiga gelombang sambil membakar Desa Kusamba sehingga seluruh pasukan Belanda yang tertidur bangun dan panik. Tak hanya pasukan Belanda, sang komandan pasukan, Mayor Jendral Michiels juga panik dengan serangan tiba-tiba itu.

Dalam keadaan gelap gulita, Mayor Jenderal Michiels yang berdiri di depan Puri Kusamba tidak bisa membedakan pasukannya sendiri. Batalion XII yang sedang berkumpul di dekat halaman dengan puri juga berada dalam kegelapan sehingga Michiels menyangka mereka sebagai sikep Klungkung. Michiels kemudian memerintahkan komandan Batalion XIII menembaknya.

Tentu saja komandan Batalion XIII menolak perintah komandan ekspedisi itu karena mengetahui pasti itu anak buahnya sendiri. Peluru cahaya kemudian ditembakkan dengan maksud memastikan orang-orang yang dicurigai. Ternyata benar itu pasukan batalion XII.

Saat peluru cahaya ditembakkan, seisi puri yang sebelumnya gelap gulita menjadi terang, termasuk posisi Michiels menjadi terlihat jelas. Saat itulah, sikep Klungkung menembakkan senjata api ke arah Michiels dan menghantam pahanya sampai hancur. Mayor Jendral Michiels tumbang.

Dalam cerita lisan masyarakat Klungkung, senjata api yang menumbangkan Michiels itu disebut-sebut dengan nama I Seliksik. Konon senjata itu bisa mencari sasarannya sendiri. Setelah menghancurkan pasukan Belanda di Kusamba, sikep Klungkung meninggalkan desa itu.

25 Mei 1949 Pukul 06.30

Mayor Jenderal Michiels yang masih menahan sakit tak mungkin memimpin pasukan melanjutkan serangan ke Klungkung. Dia memerintahkan Letnan Kolonel van Swieten meneruskan serangan, namun dia menolak perintah itu karena persediaan makanan tidak cukup.

Selain itu, hampir semua tenaga pengangkut telah lari meninggalkan Kusamba. Tak hanya itu, para tenaga pengangkut itu juga terkena penyakit diare, sedangkan moral pasukan juga merosot karena pucuk pimpinan mereka terluka parah. Pukul 06.30, Jenderal Michiels diangkut ke Padangbai untuk diobati dan tiba di sana sekitar pukul 12.00. Namun, malam hari sekitar pukul 23.00, Jenderal Michiels menemui ajalnya.

25 Mei 1849 Pukul 11.00

Letnan Kolonel van Swieten memerintahkan pasukannya kembali ke Padangbai. Sepanjang perjalanan, pasukan Belanda lesu, terjangkit penyakit diare menular dan beberapa meninggal dunia. Setelah pasukan Belanda meninggalkan Kusamba menuju Padangbai, sikep Klungkung kembali menduduki desa itu.

Selain kehilangan Jendral Michiels, dalam Perang Kusamba, Belanda juga kehilangan Kapten H Everste. Tujuh orang tentara Belanda juga dilaporkan tewas termasuk 28 orang luka-luka. Klungkung sendiri kehilangan sekitar 800 laskar Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka.

Namun, Perang Kusamba tak pelak menjadi salah satu momentum terbaik yang mampu mengangkat harkat, martabat dan harga diri orang Bali karena berhasil membunuh seorang jenderal Belanda, meski persenjataan yang digunakan sangat tidak seimbang dengan Belanda. Sangat jarang terjadi Belanda kehilangan panglima perangnya apalagi Michiels tercatat sudah memenangkan perang di tujuh daerah. (b.)

Penulis: I Made Sujaya

Artikel ini telah dibaca 634 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Udayana: Raja Bali Kuno yang Terbuka dan Mau Mendengar Suara Rakyat

26 Mei 2022 - 22:18 WITA

Negara Mungkin Belum Mengakui, Tapi Dewa Agung Istri Kanya Tetap Pahlawan di Hati Rakyat Klungkung

25 Mei 2022 - 19:50 WITA

Menengok Krisis Ekonomi Bali Pada Masa Depresi Global 1930-an

21 Mei 2021 - 23:17 WITA

Penduduk Bali 1930

Virus Korona dan Jejak “Grubug” di Tanah Bali

28 Januari 2020 - 00:01 WITA

Hari Ini 167 Tahun Silam, Klungkung Permalukan Belanda di Kusamba

24 Mei 2016 - 22:01 WITA

Jejak Pembaruan dari Gianyar

18 April 2016 - 23:19 WITA

Trending di Bali Iloe