Baru saja masyarakat Klungkung gegap gempita merayakan hari jadi kotanya sekaligus mengenang peristiwa heroik perang Puputan Klungkung, 28 April lalu. Namun, selayaknya orang Klungkung juga tak melupakan kemenangan bersejarah laskar Klungkung dalam Perang Kusamba, 24-25 Mei 1849. Dalam peristiwa ini, Klungkung sukses mempermalukan Belanda.
Perang di Kusamba, di kampung penuh ilalang itu (kusa artinya ilalang), layak dikenang karena menjadi peristiwa bersejarah yang mampu mengangkat harga diri orang Bali. Di Kusamba, pekik perjuangan laskar pemating dan endehan yang dimotori kematangan strategi perang Dewa Agus Istri Kanya berkolaborasi dengan mangkubumi Anak Agung Ketut Agung mampu menghujamkan luka terdalam bagi pasukan Belanda.
Jenderal AV Michiels, jenderal Belanda kaya prestasi, tewas di tangan pasukan Klungkung. Belanda yang memiliki senjata modern dan lengkap dibuat kalang kabut dengan serangan mendadak laskar rakyat Klungkung pada 25 Mei 1849 subuh.
Memang, dalam perang ini, Klungkung kehilangan sekitar 800 laskar Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka. Namun, di pihak Belanda kehilangan tak kalah membuat pedih. Selain tewasnya Jenderal AV Michiels, Belanda juga kehilangan Kapten H Everste dan tujuh orang tentara, termasuk 28 orang luka-luka. Prestasi yang tak kalah penting, Perang Kusamba mencatat kesejajaran kemampuan menyusun strategi perang orang Bali menghadapi pasukan asing dengan perlengkapan senjata lengkap dan jauh lebih modern.
Profesor Sejarah dari Unud, AA Bagus Wirawan menyatakan peristiwa Perang Kusamba merupakan kelanjutan dari Perang Jagaraga. Diakui Wirawan, Perang Kusamba memang sebagai perlawanan dalam skala kecil. Selain itu, Perang Kusamba juga berakhir dengan kekalahan Klungkung karena Kusamba akhirnya bisa dikuasai Belanda, terutama setelah ditandatanganinya perjanjian di Kuta sebulan setelah perang.
“Tetapi dampak yang ditimbulkan dalam peristiwa itu sangat besar karena Belanda kehilangan pemimpin pasukannya yang seorang jenderal,” kata Wirawan yang juga tokoh Puri Gelgel, Klungkung ini.
Karena itu, Wirawan menilai Perang Kusamba layak diperingati seperti halnya Puputan Klungkung. Dalam Perang Kusamba, setidaknya bisa dipetik tiga nilai karakter bangsa, yakni yakni heroisme, patriotisme dan emansipasi wanita. (b.)
- Penulis: I Made Sujaya
- Foto: I Made Sujaya
- Penyunting: I Made Radheya