Jika dunia memperingati hari pangan se-dunia saban 16 Oktober, manusia Bali juga memiliki peringatan hari pangan saban hari raya Soma Ribek. Hari raya Soma Ribek jatuh saban Soma (Senin) Pon wuku Sinta, dua hari setelah hari raya Saraswati. Kali ini, Soma Ribek dirayakan pada Senin, 12 Agustus 2013 hari ini.
Mengapa Soma Ribek diidentikkan sebagai hari pangan ala Bali? Menurut lontar Sundarigama –teks tradisional yang dijadikan salah satu rujukan hari-hari raya suci Hindu—Soma Ribek adalah hari pemujaan Sri Amerta (manifestasi Hyang Widhi Wasa yang memberikan kemakmuran berupa bahan makanan, seperti beras dan lainnya. Awam biasa menyebut Soma Ribek sebagai hari piodalan (peringatan kelahiran) beras sebagai sumber pangan utama.
Soma Ribek berkaitan erat dengan hari Saraswati dan merupakan rangkaiannya. Soma Ribek berasal dari kata soma dan ribek. Soma adalah hari Senin menurut tradisi Bali. Ribek bermakna penuh. Soma Ribek bermakna Senin yang penuh. Kata penuh dimaknai berkelimpahan atau sempurna. Secara filosofis, Soma Ribek dimaknai sebagai Senin yang penuh dan sempurna dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Dasarnya, tiada lain ilmu pengetahuan.
Dalam tradisi Bali, beras merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran. Itu sebabnya, saat Soma Ribek, manusia Bali akan menghaturkan sesaji di tempat-tempat yang memiliki kaitan erat dengan beras, seperti lumbung atau jineng (tempat penyimpanan padi) serta pulu (tempat penyimpanan beras). Sesaji yang dihaturkan lazimnya berupa banten khusus yang berisi nyanyah geti-geti, gringsing, raka-raka (buah-buahan), pisang emas, dan bunga-bunga harum.
Dalam masyarakat Bali, seperti lazimnya masyarakat di Nusantara, padi atau beras memang memiliki makna khusus. Buktinya, banyak daerah di Nusantara memiliki cerita rakyat tentang asal mula padi atau beras. Masyarakat Nusantara melihat padi atau beras sebagai simbol kemakmuran.
Pada hari Soma Ribek, orang Bali disadarkan tentang betapa pentingnya pangan dalam kehidupan ini. Tanpa pangan manusia tidak bisa hidup dan menjalani kehidupannya. Karenanya, manusia pantas berterima kasih dan mengucap syukur ke hadapan Sang Pencipta atas karunia pangan yang melimpah. (b.)
- Laporan: Ketut Jagra
- Foto: Ketut Jagra
- Penyunting: I Made Sujaya