Menu

Mode Gelap
Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

Bali Jani · 26 Jan 2020 09:57 WITA ·

Heboh Virus Korona, Akankah Pariwisata Bali Merana?


					Heboh Virus Korona, Akankah Pariwisata Bali Merana? Perbesar

Oleh: I MADE SUJAYA 


Virus korona (balisaja.com/repro: www.id.wikipedia.org)

Virus korona (coronaviruses) kini sedang mengundang perhatian dunia. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Hingga Minggu (26/1) pagi, sebagaimana diberitakan cnnindonesia.com, Pemerintah Hubei, Cina menginformasikan hampir 2.000 orang di negara itu terinfeksi virus ini dan 56 di antaranya meninggal dunia.

Secara cepat, kasus virus korona pun mulai menyebar ke berbagai negara. Dalam situs  peta online https://gisanddata.maps.arcgis.com/ yang menyajikan data perkembangan kasus persebaran virus korona menunjukkan hingga Sabtu (25/1) setidaknya ada 49 negara di dunia yang terjangkit virus korona. Empat di antaranya merupakan tetangga dekat Indonesia, yakni Thailand (7 kasus), Malaysia (3 kasus), Singapura (3 kasus), Vietnam (2 kasus), dan Australia (4 kasus). Pemerintah Thailand bahkan sudah bereaksi membatasi kunjungan wisatawan dari Cina untuk mencegah makin buruknya penyebaran virus ini.

Indonesia menetapkan status siaga 1 mengantisipasi penyebaran virus korona dari Cina, tetapi hingga kini belum sampai mengambil tindakan pembatasan kunjungan wisatawan dari Cina. Namun, pemeriksaan ketat dilakukan di bandara terhadap para penumpang yang baru datang dari Cina.

Orang Bali, terutama yang bergerak di sektor pariwisata pun mulai bertanya-tanya, adakah virus korona ini akan membuat industri pariwisata Bali merana? Pasalnya, wisatawan Cina berkontribusi besar terhadap tingkat kunjungan wisatawan asing ke Bali.

Bali memilih tidak membatasi jumlah kunjungan wisatawan Cina. Dalam keterangan pers pada Kamis (23/1) lalu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa menyatakan masih menyambut wisatawan dari Cina. Terlebih lagi akan ada Kintamani Chinese Festival yang menceritakan tentang akulturasi budaya Bali dan Tiongkok pada 8 Februari 2020 mendatang.

Kendati begitu, pihaknya tetap waspada dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh di pintu kedatangan Bandara Ngurah Rai. Selain itu juga menurunkan personel untuk memeriksa wisatawan yang dicurigai.

Belakangan, Pemprov Bali melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menyediakan 5.000 tamiflu untuk mencegah wabah virus korona. Obat antivirus itu disiapkan di Bandara, rumah sakit hingga sekolah-sekolah.

Penyebaran virus korona memang menjadi cobaan berat bagi industri pariwisata Bali. Pasalnya, wisatawan Cina tergolong dominan di antara wisatawan mancanegara yang mengunjungi Bali. Sebagaimana data yang dirilis Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kamis (23/1) lalu, jumlah warga negara Cina yang mengunjungi Bali melalui Bandara Ngurah Rai sepanjang tahun 2019 tercatat 1.196.497 orang. Jumlah itu terhitung 26,9% dari total penumpang luar negeri yang turun di Bandara Ngurah Rai. Memang, jumlah wisatawan Cina tergusur wisatawan Australia yang mencapai 1.230.133 orang (27,7%), tetapi mereka masih menempati urutan ke dua. Sejak beberapa tahun terakhir, wisatawan Cina berkontribusi besar terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali.

Saat ini tampaknya virus korona belum dirasakan dampaknya terhadap kunjungan wisatawan Cina ke Bali. Seiring merebaknya virus ini, dampaknya mungkin baru akan terasa beberapa minggu mendatang.

Industri pariwisata Bali sebenarnya sudah sering diterpa isu kesehatan. Akhir tahun 1990, di tengah kecamuk Perang Teluk, Bali pernah diterpa isu penyakit kolera yang dialami wisatawan Jepang di Bali. Gara-gara isu itu, tingkat hunian hotel-hotel di Bali melorot tajam dari 90% pada akhir Desember 1990 menjadi hanya 40% pada awal Januari 1991.

Isu kesehatan lain yang pernah menerpa pariwisata Bali, yakni virus SARS yang masih satu keluarga dengan virus korona. Isu ini merebak tahun 2003, sesaat setelah pariwisata Bali berangsur pulih pascatragedi Bom Bali 2002. Akhir tahun 2019 lalu, Bali juga dihantam isu sampah sehingga membuat Pulau Dewata ini masuk daftar objek yang tak layak dikunjungi tahun 2020 versi website pariwisata asal Amerika Serikat bernama Fodor’s Travel.

Meski mendapat cobaan berbagai isu, kenyataannya pariwisata Bali tetap tumbuh. Bila pun angka kunjungan turun, tak lama berselang kembali pulih. Bali pun kembali menjadi destinasi wisata pilihan wisatawan dari berbagai negara.  Akankah Bali kembali bisa menghadapi cobaan virus korona ini? (b.)
______________________________________

Penyunting: NYOMAN SAMBA

http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat

26 Februari 2024 - 15:18 WITA

Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta

23 Februari 2024 - 23:22 WITA

SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali

17 Februari 2024 - 18:57 WITA

Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak

2 Januari 2024 - 22:14 WITA

Lewat Film “Home”, Sinematografer Bali Raih Nominasi Emmy Awards

15 Desember 2023 - 22:14 WITA

Gairah Berbahasa Bali Mesti Diikuti Pemahaman Mengenai “Anggah-ungguh Basa”

10 Desember 2023 - 22:32 WITA

Trending di Bali Jani