Menu

Mode Gelap
Menguak Hegemoni Teks Ilmiah di Kampus: Catatan Safari Literasi di UPMI Bali Pasraman Hindu Mesti Modern Tanpa Meninggalkan Tradisi Sebulan Pesta Bahasa Bali, Apa Saja Hasilnya? Alih Media Digital Agar Aksara Bali tak Jadi Momok Generasi Milenial Pamacekan Agung, Titik Temu Galungan-Kuningan

Bali Jani · 29 Agu 2015 22:44 WITA ·

Lomba Drama Modern Disbub Bali, Juri Beri “Workshop” Keliling


					Lomba Drama Modern Disbub Bali, Juri Beri “Workshop” Keliling Perbesar

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bakal menggelar Lomba Drama Modern (LDM) se-Bali pada  1-3 September 2015 di wantilan Taman Budaya Denpasar. Lomba akan diikuti delapan peserta yang merupakan perwakilan delapan kabupaten/kota se-Bali. Kabupaten Klungkung menyatakan mundur sebagai peserta.
Tak seperti lazimnya lomba-lomba sastra modern, sebelum lomba,  para juri yang terdiri atas IB Martinana, Maria Matildis Banda dan Mas Ruscitadewi mengunjungi para peserta lomba untuk berdiskusi dan memberikan workshopsingkat seputar drama. Dari workshop ini diharapkan ada titik temu antara juri dan peserta tentang seni drama modern sehingga seni drama modern makin berkembang.
Salah seorang panitia, Ida Ayu Candrawati menyatakan LDM ini jangan dipandang hanya sebagai sebuah lomba untuk mendapatkan gelar juara. Yang lebih penting, kegiatan lomba dan workshop drama ini bisa sebagai media pembelajaran untuk berkreativitas, mengembangkan diri dan pengetahuan dalam bidang drama modern.
“Karena lomba ini lebih menekankan pada pembelajaran maka kami mengajak para juri untuk bertemu semua peserta agar semua peserta mendapatkan kesempatan belajar yang sama, jadi tolong gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya,” kata Candrawati saat workshop di Bangli.
Kunjungan tim juri sekaligus workshop diawali di SMAN 1 Tabanan yang menjadi duta Kabupaten Tabanan pada Selasa (28/7). Disusul di SMAN 1 Negara  yang menjadi duta Kabupaten Jembrana pada Jumat (31/7) lalu, SMAN 2 Karangasem yang menjadi duta Karangasem pada Selasa (4/8), di SMAN 1 Denpasar, duta Kota Denpasar pada Senin (10/8), di SMAN 1 Kuta Utara yang menjadi duta Kabiupaten Badung pada Selasa (11/8), SMAN 1 Gianyar, duta Kabupaten Gianyar pada Rabu (12/8), di SMAN 1 Bangli yang menjadi duta Kabupaten Bangli pada Kamis (13/8) dan berakhir di SMA 1 Singaraja, duta Kabupaten Buleleng pada Sabtu (22/8).
Peserta dari Tabanan, Badung dan Buleleng memainkan drama yang dikembangkan dari cerpen “Ketika Kentongan Dipikul di Bale Banjar” karya Nyoman Rasta Sindhu. Ketiga peserta memang menampilkan drama dari naskah yang sama tetapi perbedaan garapan drama masing-masing peserta sangat jelas terlihat. “Peserta dari Singaraja menampilkan drama dengan alur yang agak menarik, mungkin karena naskahnya diambil dari naskah drama yang sudah ada, dengan penambahan dan pengurangan di sana-sini. Peserta dari Tabanan mempunyai cara yang unik untuk menggarap adegan demi adegan. Garapan peserta dari Tabanan, lebih mirip permainan monolog dengan sisten flashback, sedangkan peserta wakil Badung lebih menonjolkan keindahan setingnya,” kata salah seorang tim juri, IB Martinaya. 
Drama yang dikembangkan dari cerpen “Leak” karya Abu Bakar dimainkan oleh peserta dari Karangasem, Denpasar, dan Bangli. Walaupun berasal dari cerpen yang sama, model penggarapannya sangat berbeda. Peserta dari Karangasem memakai model drama tari, peserta dari Bangli memilih garapan seperti model drama gong sedangkan peserta dari Denpasar memilih penguatan cerita lewat permainan lampu dan siluet. “Ketiganya memiliki keunikan dan kelemahan sendiri-sendiri,” kata anggota tim juri, Maria Matildis Banda.
Drama yang berasal dari cerpen “Paradok” karya Putu Wijaya dimainkan oleh peserta dari Jembrana dan Gianyar. Kedua peserta menunjukkan perbedaan dalam garapan. JIka peserta dari Jembrana lebih menekankan “Paradok” pada keseluruhan cerita, peserta dari Gianyar justru mengangkat “Paradok” dalam setiap elemen-elemennya.  
Dalam  workshoppeserta diajak memahami kelemahan dan kelebihannya. Setiap kelemahan peserta diberikan solusi pemecahannya, sedangkan kelebihan yang dimiliki peserta diharapkan untuk dikembangkan. Dari workshopyang telah dilakukan,  tergambar semua peserta memiliki pemain-pemain yang berkualitas dan potensial untuk dikembangkan.
Anggota tim juri, Mas Ruscitadewi menilai kedelapan peserta secara umum memiliki kelemahan mendasar dalam hal penjiwaan dan penguatan karakter, pengaturan alur agar menarik, pengisian iklustrasi, pemanfaatan seting dan property serta bloking dan pengadegan. “Potensi-potensi  aktor dan artis ini sangat sayang jika tidak dikembangkan dan  diberikan ruang. Kita berharap, potensi-potensi ini akan melahirkan kejutan-kejutan dalam lomba drama modern mendatang.” 
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 30 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Pasraman Hindu Mesti Modern Tanpa Meninggalkan Tradisi

5 Maret 2023 - 07:55 WITA

Sebulan Pesta Bahasa Bali, Apa Saja Hasilnya?

28 Februari 2023 - 06:48 WITA

Alih Media Digital Agar Aksara Bali tak Jadi Momok Generasi Milenial

13 Februari 2023 - 22:04 WITA

Merawat Kepercayaan Krama, Menahan Laju Inflasi

2 Januari 2023 - 17:08 WITA

Kembalinya Nama Desa Dapdap Putih

1 Januari 2023 - 22:05 WITA

Kedepankan “Labdha”, LPD Kedonganan Atasi Beragam Masalah Krama Adat

24 Desember 2022 - 23:58 WITA

Trending di Bali Jani