Tiga bulan terakhir ini, masyarakat Bali kembali dibius dengan tayangan serial Mahabharata di ANTV. Cobalah tengok ke rumah-rumah orang Bali saban malam pukul 21.30, sebagian besar menyaksikan tayangan serial yang diangkat dari epos besar dari India itu.
Kadek Suarni, warga Denpasar lainnya mengaku lebih senang menonton Mahabharata versi lama. Tapi, Suarni mengaku tetap tertarik menonton versi yang baru karena pemainnya lebih ganteng.
“Yang jadi Drestarasta dan Pandu ganteng sekali. Yang jadi Pandawa kecil juga ganteng-ganteng. Yang main jadi Arjuna juga pas. Mungkin nanti yang jadi Arjuna besar lebih ganteng,” kata Suarni sembari tersenyum.
Bahkan, bukan hanya orang Bali dari penganut Hindu yang menonton film seri televisi ini, tetapi juga pendatang asal Jawa dan beragama Islam. Marwoto, seorang pedagang makanan di bilangan Peguyangan mengaku tak pernah bosan menonton serial Mahabharata. “Kalau di Jawa sama dengan di Bali. Mahabharata itu ibarat tontonan wajib,” kata lelaki yang sudah belasan tahun tinggal di Bali ini.
DVD versi bajakan serial ini juga laris manis. Sejumlah pedagang VCD/DVD bajakan di sejumlah kawasan di Denpasar mengaku DVD Mahabharata cukup banyak dicari. “Hanya sayangnya DVD bajakan ini versi asli, pakai bahasa India. Jadi, orang tidak mengerti dialognya. Tapi, ada juga yang tetap membeli,” ujar seorang penjual DVD bajakan di kawasan Denpasar Utara.
Serial Mahabharata yang ditayangkan ANTV saban malam ini merupakan produksi baru, tahun 2013. Ternyata serial ini ditayangkan di stasiun TV India, Star Plus mulai 16 September 2013. Hingga kini, serial ini masih tayang di India dan sudah menembus episode 140. Jam tayangnya pun sama dengan di Indonesia, yakni pukul 20.30 WIB (21.30 Wita), hanya berbeda zona waktu antara Indonesia dan India. Waktu di Indonesia lebih cepat 2,5 jam dari India.
Peneliti sastra dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana mengatakan di Bali, kisah Mahabharata dan Ramayana tak pernah mati. Bahkan malah semakin tumbuh subur melahirkan berbagai versi carangan.
“Mahabharata dan Ramayana itu sudah menjadi bagian hidup orang Bali. Dalam wacana-wacana keseharian, baik sosial, budaya dan politik, orang Bali kerap merujuk kepada kisah Mahabharata dan Ramayana,” kata Wiradnyana yang juga kandidat Doktor di Program Studi LInguistik, Konsentrasi Wacana Sastra, Universitas Udayana, Bali. (b.)