Sebulan sudah masyarakat Bali diajak berpesta Bahasa Bali. Sepanjang bulan Februari 2023 ini, aneka kegiatan seputar bahasa, sastra, dan aksara Bali dikemas sebagai Bulan Bahasa V. Tak hanya di Ksirarnawa, Denpasar, pesta bahasa Bali bergema hingga ke desa-desa. Ada lomba, ada diskusi, ada pementasan, ada pameran, hingga konservasi lontar. Lalu, apa saja yang sudah dihasilkan sepanjang pelaksanaan Bulan Bahasa kelima yang mengusung tema Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani itu?
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gde Arya Sugiartha, dalam keterangan persnya pada Senin, 27 Februari 2023 membeberkan Bulan Bahasa Bali V kini sudah makin menyebar ke seluruh pelosok Bali. Tahun lalu, tercatat 277 desa yang tidak mengikuti pelaksanaan Bulan Bahasa Bali. Kini tinggal 49 desa yang tidak melaksanakan Bulan Bahasa Bali V. “Desa yang tidak mengikuti Bulan Bahasa V kecil, sekitar 6 persen. Ke depan akan kita dorong terus,” ungkap Arya Sugiartha.
Terkait keikutsertaan desa-desa di Bali dalam Bulan Bahasa Bali V, Arya Sugiartha menjelaskan desa-desa di Kabupaten Klungkung 100 persen mengikuti Bulan Bahasa Bali V. Kabupaten lainnya, ada dua atau empat desa yang belum mengikuti. Pihaknya akan mencermati dan menyurati desa-desa yang belum melaksanakan Bulan Bahasa Bali V agar tahun depan bisa ikut melaksanakannya.
“Dukungan dana sudah ada di semua desa yang sudah mempunyai APBDes,” imbuhnya.
Selain itu, kata Arya Sugiartha, setiap kali bertemu dengan para kepala desa dan bendesa adat saat pembagian dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) yang dikelola oleh desa, Gubernur Bali, Wayan Koster selalu mengingatkan agar dana tersebut dilalokasikan untuk kegiatan budaya, salah satunya Bulan Bahasa Bali.
Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini menyebutkan memang orientasi pelaksanaan Bulan Bahasa Bali V ini tidak lagi diselenggarakan besar- besaran di tingkat provinsi, tetapi membumikan di tingkat akar rumput di desa desa. “Kalau sudah menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa, saya kira upaya kita untuk membumikan bahasa Bali lebih efektif,” sebutnya.
Selain tingkat partisipasi, Arya Sugiartha juga menerangkan kegiatan konservasi lontar sebagai salah satu kegiatan penting dalam Bulan Bahasa Bali V. Tahun lalu, kata dia, tercatat 1.000 lontar yang dikonservasi. Tahun ini jumlahnya meningkat menjadi sebanyak 1450 lontar. Namun, masih banyak masih ada lontar di masyarakat yang belum dikonservasi.
Setelah dikonservasi, kata Arya Sugiartha, lontar-lontar itu akan dikaji. Tahun lalu ada kajian usada yang berlanjut tahun ini. Kajian usada atas lontar-lontar itu menjadi dasar pembuatan kebijakan pengobatan tradisional Bali.
Selasa, 28 Februari 2023 hari ini, Bulan Bahasa Bali V bakal ditutup. Acara penutupan akan diisi dengan penyerahan hadiah bagi para pemenang berbagai lomba, termasuk 10 terbaik sekaa bondres yang mengikuti Audisi Pagelaran Bondres, penyerahan Pramana Patra Ambara Nugraha kepada lembaga penyiaran radio dan televisi yang menggunakan siaran Bahasa Bali dan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh yang memiliki komitmen menjaga dan melestarikan aksara, sastra dan bahasa Bali. Pada kesempatan itu, juga akan diserahkan piagam Penetapan Warisan Budaya Tak Benda di kabupaten/kota dan di Provinsi Bali. Acara penutupan diakhiri dengan sesolahan (pagelaran)drama gong “Nyomia Mrana” oleh Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas. (b.)
- Laporan: I Made Radheya
- Foto: istimewa
- Penyunting: I Made Sujaya