Menu

Mode Gelap
50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha Meningkatkan Martabat Pendidikan Pertanian di Tengah Dominasi Pariwisata Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang Cemerlang SMA Paris di Usia 40 Tahun

Bali Jani · 11 Jun 2021 23:56 WITA ·

PKB Dibuka Hari Ini, “Luungan Mabalih Uli Jumah”


					Penampilan Komunitas Seni Goro Giri Gorawa Gianyar saat perekaman gong kebyar serangkaian PKB ke-43 di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya, Denpasar, 4 Juni 2021 lalu. (balisaja.com/istimewa) Perbesar

Penampilan Komunitas Seni Goro Giri Gorawa Gianyar saat perekaman gong kebyar serangkaian PKB ke-43 di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya, Denpasar, 4 Juni 2021 lalu. (balisaja.com/istimewa)

Pesta Kesenian Bali (PKB) dibuka Sabtu, 12 Juni 2021 siang ini, pukul 11.00 wita. Di tengah suasana pandemi Covid-19, PKB ke-43 kali ini digelar secara daring dan luring dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Presiden Joko Widodo, untuk pertama kali dalam sejarah, membuka perhelatan seni masyarakat Bali itu secara luring. Masyarakat pun diimbau menyaksikan acara pembukaan secara daring melalui siaran langsung di TVRI dan Bali TV serta kanal youtube Pemerintah Provinsi Bali dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Tagar “luungan mabalih uli jumah” atau “lebih baik menonton dari rumah” pun dilambungkan panitia.

“Karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, masyarakat diimbau agar menyaksikan semua pagelaran dari rumah melalui siaran langsung di media televisi dan media sosial yang telah ditunjuk,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, di sela-sela gladi pembukaan PKB, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Jumat, 11 Juni 2021.

Namun, menurut Kepala Taman Budaya, I Wayan Ria Arsika, apabila masyarakat ingin menyaksikan pementasan secara langsung ke gedung Ksirarnawa, wajib menunjukkan surat keterangan (suket) sudah divaksinasi Covid-19 dua kali dan suket hasil rapid antigen negatif. Tidak hanya itu, kuota penonton di gedung Ksirarnawa juga dibatasi, yaitu 100 orang. Kuota itu hanya diperuntukkan bagi para seniman beserta rombongan kru dan pelaksana teknis saja.

“Kalau masyarakat mau ke pameran silakan, dan tidak wajib menunjukan surat keterangan rapid antigen dengan hasil negatif, namun wajib mentaati prokes, yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, dan tak kalah penting menggunakan masker. Karena itu kegiatan outdoor (luar ruangan), kami juga telah menyiapkan fasilitas prokes, seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer (penyanitasi tangan), pengecekan suhu tubuh,” tandasnya.

Ria Arsika menegaskan, dari segi sarana dan prasaran, pembukaan PKB telah rampung 100 persen. Sebanyak 82 pameran UMKM/IKM dan 10 kuliner dilibatkan selama pergelaran PKB XLIII ini. Namun, Kuliner yang disediakan hanya untuk kepentingan panitia dan pegawai Taman Budaya saja.

“Peed Aya”

PKB XLIII tahun 2021 mengusung tema “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi (Jiwa Paripurna Nafas Pohon Kehidupan)”. Pembukaan akan dimeriahkan dengan tayangan video peed aya (pawai) “Pratiti Wana Kerthi” serta sendratari “Wreksa Kastuba” garapan ISI Denpasar. PKB berlangsung selama sebulan hingga 10 Juli 2021 dengan menampilkan 73 acara yang melibatkan 10.000 seniman.

Peed Aya mengangkat ciri khas keunggulan seni budaya di masing-masing kabupaten dan kota di Bali. Awalnya, konsep peed berdurasi 30 menit, namun karena akan dibuka oleh Presiden RI, peed aya dipersingkat dengan tetap mengedapankan tema besarnya, yaitu Wana Kertih. Peed aya secara virtual ini menggambarkan konsep Wana Kerthi dengan judulnya “Pretiti”.

Peed aya direkam lebih dulu dengan mengambil lokasi alam nyata di kabupaten masing-masing sesuai dengan konsep awal. Lokasinya memilih tempat-tempat potensial, seperti di Gianyar, Bangli, Karangasem dan lainnya dengan  konsep ngider bhuana. Pemilihan lokasi di alam nyata itu, sekaligus itu menggambarkan bagaimana hutan di Bali masih tetap dimuliakan. “Peed aya ini tetap menggambarkan pawai, tetapi lokasinya di alam terbuka dengan konsep Wana Kerthi dengan pesannya memuliakan pohon atau hutan,” jelas Tim Kurator, I Gde Nala Antara.

Nala Antara mengatakan, peed itu tidak mesti dilakukan di jalan raya. Bisa juga dilaksanakan di alam terbuka, selaras dengan konsep orang Bali yang memakanai pohon sebagai sumber kehidupan. “Hampir semua yang ditampilkan dalam peed aya ada bahan alamnya, misalnya dari bambu diulat menjadi sokasi. Ini sekaligus sebagai edukasi masyarakat untuk memanfaatkan pohon,” beber Nala Antara. (b.)

  • Laporan: I Made Radheya
Artikel ini telah dibaca 196 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kalangan Muda Kurang Berminat Kunjungi Bulan Bahasa Bali

8 Januari 2025 - 22:28 WITA

50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha

27 Desember 2024 - 09:00 WITA

Festival Literasi Akar Rumput 2024: Safari Literasi Berbasis Komunitas di Empat Kabupaten

4 Oktober 2024 - 21:13 WITA

Digelar 23-25 Juli 2024, Rare Bali Festival Usung Tema “Tribute to Made Taro”

27 Juni 2024 - 22:23 WITA

Mengenang Kembali Dedikasi Maestro I Gusti Nyoman Lempad

27 Juni 2024 - 21:18 WITA

Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat

26 Februari 2024 - 15:18 WITA

Trending di Bali Jani