Seiring mulainya rangkaian upacara Usabha Pitra di Pura Dalem Puri Besakih, umat Hindu dari berbagai penjuru Bali pun mengarus pedek tangkil ke pura yang menurut keyakinan umat Hindu merupakan stana Dewi Durga itu. Bahkan, umat sudah memadati pura yang terletak di sebelah selatan Pura Besakih ini sejak malam hari Siwaratri, Kamis (23/1) lalu.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, antusiasme umat yang hendak tangkil memang sangat tinggi. Itu sebabnya, sulit menghindari kemacetan pada jalur-jalur menuju Pura Dalem. Banyak umat yang kemudian memilih celah hari-hari tertentu untuk menghindari kemacetan. Biasanya waktu yang dipilih saat tengah malam atau subuh.
Selain soal kemacetan, pemandangan yang kerap mewarnai ritual Usabha Pitra di Pura Dalem Puri, yakni sampah yang terserak di mana-mana. Bahkan, di lini masa facebook kerap berseliweran unggahan pemandangan umat bersembahyang di tengah-tengah sampah terserak.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof. Dr. IGN Sudiana memaklumi kondisi itu. Pasalnya, umat yang tangkil begitu membludak, sedangkan petugas kebersihan yang tersedia relatif terbatas.
Daripada saling menyalahkan, menurut Sudiana, lebih baik semua pihak turut mengambil peran masing-masing mengatasi permasalahan sampah yang berserakan itu. Umat yang tangkil, pinta Sudiana, mesti memiliki kesadaran untuk menangani sampahnya sendiri begitu usai bersembahyang.
“Begitu usai bersembahyang, umat sebaiknya mengumpulkan sampah-sampahnya lalu membuangnya ke tempat sampah yang tersedia,” kata Sudiana.
Tak Bawa Kantong Plastik
Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar ini juga mengingatkan kembali umat agar tidak membawa kantong plastik untuk membungkus banten dan perlengkapan upacara lainnya sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. “Mungkin bisa gunakan kain atau tas kain yang lebih ramah lingkungan,” kata Sudiana.
Tak hanya itu, umat yang memiliki kesempatan untuk ngayah sebaiknya turut terjun ngayah mareresik membersihkan sampah yang ada di areal pura selama upacara berlangsung. “Tidak bisa persoalan sampah upacara ini dibebankan kepada panitia. Kita semua, seluruh umat Hindu mesti berparan serta,” tegas Sudiana.
Kendati begitu, Sudiana juga mendorong pemerintah daerah, baik di kabupaten maupun provinsi untuk bisa mewujudkan penyediaan mesin pengolah sampah upacara seperti di luar negeri. Mesin pengolah sampah upacara ini akan sangat membantu mengatasi makin terbatasnya tempat pembuangan akhir sampah di Bali. (b.)
- Teks: I Ketut Jagra
- Foto: I Ketut Jagra
- Penyunting: I Made Sujaya