Rencana Pemerintah Provinsi Bali mengangkat 716 tenaga penyuluh penutur bahasa Bali untuk ditempatkan di desa-desa disambut gembira para akademisi bahasa Bali. Mereka mengapresiasi langkah Pemprov dan DPRD Bali itu dan berharap bisa dilaksanakan secara berkesinambungan.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bali tahun 2016 yang telah ditetapkan DPRD Bali, 4 November 2015 lalu, dianggarkan dana Rp 8, 1 miliar lebih untuk pengangkatan penyuluh penutur bahasa Bali di 726 desa. Anggaran sebesar itu dialokasikan untuk honor penyuluh sebesar Rp 1.700.000. Pengangkatan ini sebagai respons atas tuntutan para akademisi bahasa Bali untuk menjaga kelangsungan bahasa Bali sebagai unsur utama kebudayaan Bali.
Jika anggaran ini lolos verifikasi Kementerian Dalam Negeri, rencananya rekrutmen akan dimulai Januari 2015. Namun, penempatan dan pembayaran gaji penyuluh penutur bahasa Bali ini dimulai pada Juli 2016 berbarengan dengan tahun ajaran baru.
Aksara Bali dalam lontar (balisaja.com) |
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama Hindu, Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana berterima kasih karena Pemprov dan DPRD Bali merespons tuntutanan para akademisi untuk mengadakan tenaga penyuluh penutur bahasa Bali. “Memang, harapan teman-teman di Perguruan Tinggi agar Pemprov mengangkat penyuluh penutur bahasa Bali dan agama Hindu. Sementara ini baru penyuluh penutur bahasa Bali yang bisa dipenuhi, penyuluh agama Hindu belum bisa sekarang. Tapi, ini sudah kemajuan yang patut disyukuri. Karena toh, penyuluh penutur bahasa Bali juga tidak bisa lepas dari nilai-nilai agama Hindu yang menjiwai kebudayaan Bali, termasuk bahasa Bali,” kata Wiradnyana.
Ketua Jurusan Bahasa Bali, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana, I Wayan Suardiana juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, pengiriman tenaga penyuluh penutur bahasa Bali bisa menjadi jembatan untuk menanamkan rasa bangga menggunakan bahasa Bali di kalangan masyarakat Bali.
“Tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini mesti bisa menanamkan arti penting keterampilan berbahasa Bali di kalangan masyarakat Bali, bagi keberlanjutan kebudayaan Bali. Selain itu, memotivasi masyarakat agar berbahasa Bali di rumah maupun di lingkungan masyarakat serta membantu masyarakat dalam pembelajaran bahasa, sastra dan aksara Bali,” kata Suardiana.
Karena itu, Suardiana berharap agar rekrutmen terhadap tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini dilakukan dengan sebaik-baiknya, memperhatikan kompetensi yang dimiliki serta kemampuan untuk memotivasi dan menggerakkan masyarakat. Namun, yang tidak kalah penting lagi, sebelum diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat, Suardiana berharap agar tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini diberikan pelatihan intensif sehingga mereka siap di lapangan.
Wiradnyana menambahkan harus ada target kerja atau sasaran yang jelas dan terukur bagi tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini. Dengan begitu, keberadaannya benar-benar memberikan manfaat dan dampak bagi masa depan bahasa Bali di tengah-tengah masyarakat Bali.
“Target itu tidak perlu muluk-muluk. Mungkin bisa dimulai dengan memotivasi anak-anak dan remaja di desa-desa bergairah menggunakan bahasa Bali. Mungkin mereka bisa membuat program kerja sama dengan banjar-banjar untuk mengadakan kursus rutin bahasa Bali melibatkan anak-anak dan anggota sekaa teruna. Tatkala ada sangkep sekaa teruna, mereka hadir dan langsung membina penggunaan bahasa Bali para pemuda,” kata Wiradnyana.
Mengenai sistem kontrak dan gaji sebesar Rp 1.700.000, baik Wiradnyana dan Suardiana mengatakan sudah cukup baik. Memang, idealnya tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini mendapat penghasilan yang lebih layak. Tapi, sebagai langkah awal, gaji yang diberikan sudah memadai karena sesuai dengan ketentuan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Namun, Suardiana dan Wiradnyana berharap agar pengangkatan tenaga penyuluh penutur bahasa Bali ini tidak menjadi langkah akhir Pemprov Bali. Kebutuhan guru bahasa Bali di sekolah-sekolah yang sangat tinggi tetap harus diperjuangkan. “Pemprov dan Dewan mesti tetap memperjuangkan dan mengawal penempatan guru-guru bahasa Bali di sekolah-sekolah,” kata Suardiana. (b.)
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI