Menu

Mode Gelap
Kalangan Muda Kurang Berminat Kunjungi Bulan Bahasa Bali 50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha Meningkatkan Martabat Pendidikan Pertanian di Tengah Dominasi Pariwisata Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang

Bali Iloe · 24 Mei 2015 00:21 WITA ·

Angkat Harga Diri Orang Bali, Perang Kusamba Layak Diperingati


					AA Bagus Wirawan Perbesar

AA Bagus Wirawan

24-25 Mei 1849 atau 166 tahun silam, sebuah peristiwa bersejarah pecah di Desa Kusamba, benteng utama Kerajaan Klungkung di sisi timur. Kala itu, laskar rakyat Klungkung yang tergabung ke dalam laskar pematingdan endehan mencatatkan sejarah penting dalam perjuangan rakyat Bali menghadapi invasi penjajah Belanda dengan menewaskan pemimpin pasukan Belanda, Mayor Jenderal AV Michiels. Perang Kusamba juga mencatatkan kepahlawanan Dewa Agung Istri Kanya, raja putri Kerajaan Klungkung.

Namun, peristiwa ini nyaris tak pernah diperingati secara resmi seperti halnya peristiwa perang Puputan Klungkung 28 April 1908. Padahal, peristiwa Perang Kusamba menorehkan semangat heroik dan patriotik yang tak kalah dengan peristiwa Puputan Klungkung. Bahkan, seperti halnya Perang Jagaraga 1846 yang berhasil mempecundangi Belanda, Perang Kusamba juga mengangkat harkat, martabat dan harga diri orang Bali karena berhasil menewaskan pemimpin utama pasukan Belanda.

Profesor Sejarah dari Universitas Udayana (Unud), AA Bagus Wirawan menyatakan peristiwa Perang Kusamba merupakan kelanjutan dari Perang Jagaraga. Karena itu, menurut Wirawan, Perang Kusamba merupakan bagian penting dari perlawanan rakyat Bali melawan penjajahan kolonial Belanda.

Diakui Wirawan, Perang Kusamba memang sebagai perlawanan dalam skala kecil. Dalam Perang Kusamba juga tidak ada korban dari pihak raja atau keluarga kerajaan. Korbannya dari pihak rakyat, pihak prajurit. Perang Kusamba juga tidak mengakhiri Kerajaan Klungkung. Selain itu, Perang Kusamba juga berakhir dengan kekalahan Klungkung karena Kusamba akhirnya bisa dikuasai Belanda, terutama setelah ditandatanganinya perjanjian di Kuta sebulan setelah perang.

Tapi, menurut Ketua Program Studi Doktor Kajian Budaya Unud ini, Perang Kusamba memiliki arti penting dalam sejarah perlawanan rakyat Bali menghadapi penjajahan Belanda. Bahkan, dampak yang ditimbulkan dalam peristiwa itu sangat besar karena Belanda kehilangan pemimpin pasukannya yang seorang jenderal.

“Kalau pun Perang Kusamba disebut sebagai kekalahan Klungkung, tetapi kekalahan itu dibayar dengan sebuah hasil yang sangat penting, seorang pemimpin pasukan Belanda yang berpangkat jenderal tewas di tangan prajurit Klungkung,” kata Wirawan yang juga tokoh Puri Gelgel, Klungkung ini.

Karena itu, Wirawan menilai Perang Kusamba layak diperingati seperti halnya Puputan Klungkung. Dalam Perang Kusamba, setidaknya bisa dipetik tiga nilai karakter bangsa, yakni heroisme, patriotisme dan emansipasi wanita.

“Namun, untuk menggelar peringatan resmi seperti Puputan Klungkung, jelas itu menjadi kewenangan Pemkab Klungkung. Itu sangat tergantung pada dana yang dimiliki, selain tentu soal komitmen pada nilai-nilai sejarah dan karakter bangsa,” kata mantan Dekan Fakultas Sastra Unud ini.

Sejatinya, menurut Wirawan, upaya memperingati Perang Kusamba sudah dimulai secara terbatas oleh masyarakat Klungkung sejak beberapa tahun belakangan. Hal ini dinilai Wirawan justru bagus karena lahir dari inisiatif rakyat. (b.)

  • Laporan: I Made Sujaya
  • Foto: I Made Sujaya
  • Penyunting: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 239 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kalangan Muda Kurang Berminat Kunjungi Bulan Bahasa Bali

8 Januari 2025 - 22:28 WITA

50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha

27 Desember 2024 - 09:00 WITA

Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946

20 November 2024 - 09:32 WITA

Festival Literasi Akar Rumput 2024: Safari Literasi Berbasis Komunitas di Empat Kabupaten

4 Oktober 2024 - 21:13 WITA

Digelar 23-25 Juli 2024, Rare Bali Festival Usung Tema “Tribute to Made Taro”

27 Juni 2024 - 22:23 WITA

Mengenang Kembali Dedikasi Maestro I Gusti Nyoman Lempad

27 Juni 2024 - 21:18 WITA

Trending di Bali Jani