Menu

Mode Gelap
Keragaman Fantasi dalam Festofantasy HUT ke-39 SMA Paris Edukasi Kesejahteraan Hewan, Ajak Anak-anak Kenali Zoonosis Kirab Nasionalisme Hari Kemerdekaan ala Desa Adat Kedonganan Baca Puisi Tak Sekadar Intonasi, Tapi Interpretasi: Dari LBP FULP se-Bali 2023 “Duwe” Desa Adat, Krama dan Prajuru Adat Wajib Bentengi LPD

Bali Jani · 22 Agu 2013 23:09 WITA ·

Pilkada Klungkung Hari Ini, Adakah (Lagi) Muncul Kejutan?


					Surat suara Pilkada Klungkung 2013. Perbesar

Surat suara Pilkada Klungkung 2013.

Oleh I Made Sujaya

Hari ini, Jumat, 23 Agustus 2013, masyarakat Klungkung memilih kembali Bupati dan Wakil Bupatinya untuk masa jabatan 2013-2018. Sekitar 154.860 warga Bumi Serombotan diberi kesempatan menimbang-nimbang satu pasangan terbaik di antara empat pasangan kandidat yang bersaing: Tjokorda Bagus Oka-IB Adnyana (Bagus), AA Gde Anom-Wayan Regeg (Anreg), Tjokorda Raka Putra-Putu Tika Winawan (Rasa), serta Nyoman Suwirta-Made Kasta (Suwasta).

Dalam kontestasi politik lokal di era Reformasi, terutama setelah Pemilu 2004, Klungkung memang selalu menarik dicermati. Pasalnya, iklim demokrasi di kabupaten yang pernah menjadi pusat kerajaan Bali itu sangat dinamis. Hasil pemilu legislatif 2009 menunjukkan keberagaman pilihan politik rakyatnya. Nyaris tak ada satu kekuatan politik pun yang menjadi kelompok dominan di Klungkung. PDI Perjuangan yang menjadi pemenang pemilu legislatif ternyata meraih dukungan politik kurang dari 30%.

Padahal, secara demografi politik, Klungkung nyaris tidak diperhitungkan. Dengan jumlah penduduk yang hanya 150.000-an  orang, Klungkung dianggap kurang seksi. Berbeda dengan Buleleng yang selalu menjadi rebutan partai politik maupun kandidat pilkada.

Tapi, tak jarang sesuatu yang kecil itu mengejutkan. Dan itu dibuktikan Klungkung dalam Pilkada Bali Mei lalu. Hasil Pilgub Bali menunjukkan masyarakat Klungkung memenangkan paket I Made Mangku Pastika-I Ketut Sudikerta dengan selisih suara yang signifikan. Padahal, Klungkung diklaim sebagai “wilayah merah” yang dikuasai pasangan AA Puspayoga-Dewa Sukrawan. Yang terkejut bukan hanya PDI Perjuangan, tetapi juga Golkar-Demokrat yang mengusung Pastika-Sudikerta.

Lima tahun lalu, dalam Pilkada 2008, masyarakat Klungkung juga nyaris membuat kejutan sebagai daerah yang hampir saja memenangkan pasangan independen. Pasangan Tjokorda Raka Putra-Gunaksa (Rasa) memiliki selisih suara yang sangat tipis dengan pasangan petahana, I Wayan Candra-Tjokorda Agung SW.

Lantas, bagaimana dengan Pilkada hari ini? Adakah kejutan juga lagi-lagi akan ditunjukkan warga Klungkung?

Kejutan sejatinya sudah ditunjukkan dengan munculnya empat kandidat. Banyak orang dari luar Klungkung yang tersentak dengan banyaknya jumlah kandidat dalam Pilkada Klungkung. Di daerah lain, rata-rata kandidat Pilkada antara 2-3 pasangan. Tapi, Klungkung yang aklingkungan tampil sangat dinamis.

Karena jumlah kandidat yang bersaing banyak, muncullah prediksi Pilkada Klungkung akan berlangsung dua putaran. Prediksi ini tentu bukan tanpa dasar. Modal politik masing-masing kandidat memang tidak menunjukkan dominasi. Golkar, Demokrat dan PKPB memang memiliki modal politik terbesar sekitar 32%, sehingga hitung-hitungan di atas kertas semestinya bisa memenangkan pertarungan satu putaran. Tapi, adakah suara pemilu legislatif itu sejalan dengan suara dalam Pilkada Klungkung hari ini? Pengalaman menunjukkan, suara pemilu legislatif kerap kali berbeda dengan suara dalam pilkada.

Itu sebabnya, masing-masing kandidat, meskipun secara terbuka menargetkan dan yakin menang satu putaran, kenyataannya secara internal semua menyiapkan diri untuk putaran kedua. Memang, ada lembaga konsultan politik yang menjadi tim sukses salah satu kandidat merilis hasil survei yang menunjukkan kemenangan paket yang diusungnya. Tapi, realitas politik Klungkung membuat banyak orang membaca hasil survei itu dari sudut pandang berbeda.

Tidak mudah menebak hasil Pilkada Klungkung hari ini. Selain karena realitas politik masyarakat Klungkung yang begitu dinamis dan cenderung membuat kejutan, ada faktor-faktor lain sebagai suatu keunikan Klungkung yang layak diperhitungkan. Faktor-faktor itu tercermin dalam komposisi asal daerah kandidat, wacana puri-nonpuri dan mesin politik partai.

Yang menarik dicermati tentu saja wacana Klungkung Daratan-Nusa Penida. Sebagai daerah dengan jumlah pemilih terbesar kedua (43.296 jiwa), Nusa Penida dianggap sebagai faktor penting. Itu sebabnya, kandidat kerap kali dipilih dengan model kombinasi antara Klungkung Daratan-Nusa Penida atau sebaliknya Nusa Penida-Klungkung Daratan. Dalam Pilkada 2013, hanya ada satu kandidat dari Nusa Penida dan kebetulan berposisi sebagai calon bupati, yakni I Nyoman Suwirta.

Di atas kertas, suara Nusa Penida akan lari ke Suwasta. Tapi, pengalaman Pilkada 2008, kandidat bupati dari Nusa Penida tak serta merta mendapat dukungan mutlak dari warga Nusa Penida. Justru suara warga Nusa Penida tersedot ke Candra dan Rasa. Di sisi lain, kendaraan politik Suwasta terbilang baru sehingga memerlukan pejuangan lebih keras untuk menggerakkan mesin politik. Modal politik Suwasta juga paling kecil di antara kandidat lain, hanya sekitar 16% dengan dukungan Partai Gerindra dan PNBK. Hanya memang, Pilkada 2008 memiliki karakteristik berbeda dengan 2013 karena kala itu petahana ikut bertarung. Pilkada 2013 sepenuhnya tarung bebas.

Faktor penting kedua, pengaruh puri, khususnya Puri Klungkung. Perolehan suara lebih dari 30% yang diraih Rasa pada Pilkada 2008 yang maju dari jalur independen menunjukkan masih kuatnya pengaruh Puri Klungkung. Itu juga yang menjadi modal kuat pasangan Rasa dalam Pilkada 2013 ini.

Tapi, masalahnya, Rasa bukan satu-satunya calon dari Puri Klungkung. Ada Tjok Bagus yang maju dari Partai Golkar yang memiliki basis dukungan politik yang cukup kuat juga. Tapi, tampilnya Tjok Bagus dan Tjok Raka melalui kendaraan yang berbeda (padahal dalam Pilkada 2008 keduanya berada dalam satu sekoci. Kala itu Tjok Bagus sebagai tim sukses Rasa) menunjukkan pilihan Puri terpecah. Lebih tegas lagi, suara Kecamatan Klungkung tampaknya akan hancur-hancuran. Pasalnya, di kecamatan ini muncul tiga calon bupati sekaligus: Tjok Bagus, Tjok Raka dan AA Gde Anom. Suara Kecamatan Klungkung yang menjadi terbesar pertama (46.378) akan terbagi.

Faktor ketiga, mesin politik partai. Dari sisi ini, PDI Perjuangan dan Partai Golkar memiliki keunggulan lebih. Selain struktur partai sudah kuat hingga ke tingkat banjar, pengalaman kontestasi kedua partai juga teruji. Modal politiknya juga lumayan, sekitar 28%. Tapi, PDI Perjuangan masih menyisakan masalah internal berupa kekecewaan pendukung I Ketut Mandia menyusul mundurnya politisi muda dari Desa Sente, Dawan itu sebagai bakal calon bupati padahal mendapat dukungan mayoritas kader-kader PDI Perjuangan. Pengaruh Mandia di akar rumput PDI Perjuangan Klungkung disebut-sebut cukup kuat. Konon, anjloknya suara Puspayoga-Sukrawan di Klungkung salah satunya dipicu kekecewaan pendukung Mandia, meskipun politisi yang kini duduk sebagai anggota DPRD Bali itu menyatakan tetap di PDI Perjuangan.

Yang relatif solid memang Partai Golkar dan Partai Demokrat. Modal politiknya juga paling meyakinkan. Berkoalisi dengan PKPB, Golkar dan Demokrat yang mengusung pasangan Bagus memiliki 32%. Tapi, pertanyaan penting yang layak disodorkan dalam Pilkada Klungkung kali ini: apakah mesin partai berpengaruh besar? Pasalnya, realitas politik dalam pemilu legislatif 2009, Pilkada 2008 dan Pilgub 2013, masyarakat Klungkung relatif tak begitu kuat ikatan emosionalnya dengan partai politik.

Karena itu, Pilkada Klungkung 2013 hari ini sungguh sulit diprediksi. Kita hanya bisa menunggu dan memberi kesempatan masyarakat Klungkung menentukan pilihannya secara jujur dan rasional. Namun, yang jauh lebih penting, apa pun hasilnya, siapa pun pemenangnya, kita berharap Klungkung tetap damai. Klungkung sudah membuktikan kedewasaan berpolitik dalam beberapa ajang kontestasi politik.

Selamat berdemokrasi bagi semeton krama Klungkung!

Artikel ini telah dibaca 208 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kirab Nasionalisme Hari Kemerdekaan ala Desa Adat Kedonganan

17 Agustus 2023 - 16:38 WITA

Baca Puisi Tak Sekadar Intonasi, Tapi Interpretasi: Dari LBP FULP se-Bali 2023

8 Agustus 2023 - 15:57 WITA

“Duwe” Desa Adat, Krama dan Prajuru Adat Wajib Bentengi LPD

31 Juli 2023 - 19:48 WITA

“Ah”, Putu Wijaya Tak Pernah Berhenti Mengajak Berpikir

30 Juli 2023 - 22:10 WITA

Selain Seksualitas, Ada Juga Sisi Gelap Bali dalam Novel Ayu Utami

28 Juli 2023 - 11:12 WITA

Sederet Pekerjaan Rumah Bali Sebelum Gelar Pameran Buku Internasional

23 Juli 2023 - 23:16 WITA

Trending di Bali Jani