Menu

Mode Gelap
Saraswati, E-book, dan Hoaks Raih Rancage, Ini Tiga Keunggulan Buku Renganis Karya Komang Sujana Memuliakan Bahasa, Mengharmonikan Semesta Raya Babak Pertama yang Membosankan, Babak Kedua yang Menegangkan Siap-siap Tangkil, Usabha Pitra di Pura Dalem Puri Besakih Dimulai Hari Ini

Bali Jani · 24 Jan 2025 08:14 WITA ·

Nyala Api Literasi dari Lembah Bukit Undisan


					I Made Sujaya saat membedah buku kumpulan cerpen Perbesar

I Made Sujaya saat membedah buku kumpulan cerpen "Kisah Imajinatif Dosmaku" karya guru dan siswa SMAN 1 Tembuku, Bangli, Kamis, 23 Januari 2025.

Kamis, 23 Januari 2025, cuaca di wilayah Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli tampak cerah. Wajah-wajah siswa dan guru SMAN 1 Tembuku juga tak kalah cerah. Mereka berkumpul di salah satu ruangan kelas yang telah ditata dengan apik, bersiap menyongsong acara “Bedah Buku dan Seminar Inovasi Pendidikan”. Acara digelar serangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-27 SMAN 1 Tembuku.

Bedah buku membahas buku Kumpulan cerpen karya guru dan siswa sekolah itu berjudul Kisah Imajinatif Dosmaku. Buku dua jilid itu dibedah akademisi sekaligus Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPPMI) Bali, Dr. I Made Sujaya, S.S., M.Hum. Selain Sujaya juga turut tampil sebagai pembicara seminar inovasi pendidikan, yakni Rektor Institut Teknologi dan Pendidikan (ITP) Markandeya, Bangli, Dr. I Wayan Numertayasa, S.Pd., M.Pd.

Buku kumpulan cerpen “Kisah Imajinatif Dosmaku”.

“Ini upaya sederhana kami untuk terus menyalakan api literasi di sekolah kami yang berada di pinggiran, di desa,” kata Kepala SMAN 1 Tembuku, I Komang Warsa, S.Pd., M.Si., M.Pd. Menurutnya, kegiatan bedah buku dan seminar ini juga bagian dari upaya meningkatkan mutu sekolah serta rangkaian kegiatan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-27 SMAN 1 Tembuku. Kegiatan literasi sudah menjadi tradisi tiap perayaan HUT sejak dua tahun terakhir.

“Sesederhana apa pun pikiran anak-anak kami wajib kami hargai sebagai bentuk motivasi dan apresiasi kami sekalipun banyak kekurangan tetapi yakin ada satu kelebihan yakni keberanian untuk menuliskan pikirannya,” kata Warsa.

Jangan Inferior

Sujaya menegaskan dalam menggerakkan literasi siswa dan guru, sekolah-sekolah di desa tidak perlu merasa minder atau malah inferior hanya karena lokasi sekolah mereka di pinggiran. Dengan akses informasi yang terbuka dan bebas, baik siswa dan guru di kota maupun di desa memiliki kesempatan yang sama dalam berliterasi. Bahkan, bukan tidak mungkin siswa dan guru di desa bisa lebih literat daripada siswa dan guru di kota.

“Buku yang dibedah hari ini membuktikan bahwa meskipun berlokasi di desa, di pinggiran Kabupaten Bangli, siswa dan guru di SMAN 1 Tembuku juga mampu seperti siswa dan guru di kota,” tegas Sujaya.

Kepala SMAN 1 Tembuku, I Komang Warsa (paling kiri), I Made Sujaya (tengah) dan I Wayan Numertayasa (paling kanan).

Namun, Sujaya juga mengingatkan, literasi membutuhkan kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran. Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi yang jauh lebih penting bagaimana siswa dan guru mampu menggali, memaknai, mengkaji dan merespons ilmu pengetahuan dari berbagai sumber untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

“Literasi itu berkaitan erat dengan kesediaan untuk belajar sepanjang hayat. Itu sebabnya, buku yang dihasilkan dalam kegiatan literasi, mesti dipandang sebagai titik awal untuk makin sungguh-sungguh, tekun, dan sabar dalam belajar menulis,” kata Sujaya.

Menurut Sujaya, buku Kisah Imajinatif Dosmaku memang patut diapresiasi sebagai upaya mendekatkan siswa dengan karya sastra, khususnya cerpen. Selain itu, buku ini juga dokumentasi hasil karya siswa dan guru dalam proses mereka berliterasi.

Namun, Sujaya yang juga dosen sastra di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), FBS, UPMI Bali menilai cerpen-cerpen dalam buku itu masih membutuhkan pengendapan secara tematik, pematangan secara teknik dan pengayaan dari segi bahasa. “Para pengarang pemula memang perlu banyak membaca cerpen-cerpen bagus karya pengarang-pengarang mapan, baik di Indonesia maupun dunia. Literasi itu sesungguhnya membaca dahulu, mengarang kemudian,” tandas Sujaya.

Menurut Sujaya, yang terpenting kini api literasi telah dinyalakan dari Bukit Undisan, Tembuku, Bangli. Tinggal keteguhan dan ketekunan untuk terus merawatnya sehingga api literasi melahirkan api semangat untuk terus berkarya.  (b.)

  • Teks: Polly S.
  • Foto: Dokumentasi SMAN 1 Tembuku
  • Penyunting: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Raih Rancage, Ini Tiga Keunggulan Buku Renganis Karya Komang Sujana

1 Februari 2025 - 10:20 WITA

Memuliakan Bahasa, Mengharmonikan Semesta Raya

31 Januari 2025 - 21:47 WITA

Babak Pertama yang Membosankan, Babak Kedua yang Menegangkan

29 Januari 2025 - 05:43 WITA

Misi Memutus Rekor Buruk Bali United Lawan Borneo FC

27 Januari 2025 - 17:50 WITA

Ritus Mejaga-jaga yang Nyaris Dilupakan dalam Karawitan Ekologis I Nyoman Kariasa

26 Januari 2025 - 09:47 WITA

Bade Setinggi 22 Meter Bakal Diusung 1.150 Orang

24 Januari 2025 - 05:18 WITA

Trending di Bali Jani