Menu

Mode Gelap
50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha Meningkatkan Martabat Pendidikan Pertanian di Tengah Dominasi Pariwisata Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang Cemerlang SMA Paris di Usia 40 Tahun

Desa Mawacara · 16 Mei 2021 21:18 WITA ·

Gong Beri, Gamelan Perang dari Renon


					Gong Beri, Gamelan Perang dari Renon Perbesar

Oleh: I MADE SUJAYA

Gong Beri dalam suatu upacara. (balisaja.com/repro:baliwww.com)

Desa Pakraman Renon, Denpasar, memiliki dua situs bernilai historis tinggi: Tari Baris Cina dan Gong Beri. Tari Baris Cina diiringi dengan gamelan Gong Beri. Karena itu, kedua situs ini tak bisa dipisahkan.

Tari Baris Cina dan Gong Beri merupakan kesenian yang disakralkan. Tari Baris Cina diiringi Gong Beri hanya dipentaskan saat-saat tertentu, pun di tempat-tempat tertentu. Misalnya, saat piodalan di pura atau pun saat ada krama yang masesangimementaskan Tari Baris Cina dan Gong Beri.

Sejumlah pura yang biasanya menjadi tempat pelaksanaan pementasan tari Baris Cina yakni Pura Dalem Renon, Pura Desa Renon, Pura Puseh Renon, Pura Kahyangan, Pura Bale Agung, Pura Maospahit Renon serta di Pura Baris Cina. Selain sejumlah pura di wilayah Desa Pakraman Renon, tari Baris Cina juga dipentaskan di Pura Blanjong Sanur, Pura Besakih (saat ada bawos), Pura Petitenget (Badung), Pura Mertasari Sanur, Pantai Sagara Sanur serta Geria Delod Peken Sanur.

Hendra Santosa dalam tesisnya di Program Studi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada (2002) berjudul “Gamelan Gong Beri di Renon: Sebuah Kajian Historis dan Musikologis” memaparkan instrumen gamelan Gong Beri dapat dikelompokkan ke dalam instrumen aeropon, idiopon dan membranopon. Kelompok instrumen aeropon adalah sungu. Yang termasuk kelompok idiopon yakni gong beri dua buah yaitu ber dan bor/bar, tawa-tawa ageng, tawa-tawa alit, kempli atau pu, kajar, bebende, klenang dan cengceng. Instrumen beduk termasuk kelompok membranopon.

Sebagai gamelan pengiring Tari Baris Cina, Gong Beri memiliki sejarah yang panjang. Awalnya, Gong Beri diyakini sebagai gamelan perang yang biasanya dibawa raja saat berperang. Dalam Kidung Ranggalawe disebutkan Raja Majapahit Raden Wijaya keluar, bheri dan cangka dibunyikan. Data ini, menurut Hendra Santosa, menunjukkan gamelan Gong Beri adalah sebagai gamelan yang dibunyikan pada saat akan berperang juga dalam peperangan itu sendiri.

Tari Baris Cina sendiri secara nyata menggambarkan peperangan antara penari Baris Selem dan Baris Putih. Tari Baris memang merupakan personifikasi prajurit yang bakal berangkat berperang. Pada zaman kerajaan Majapahit, Tari Baris disebut-sebut telah ada, hanya belum jelas bentuk tari itu. Saat pemakaman Raja Hayam Wuruk dipertunjukkan tujuh macam tari bebarisan.

Hendra menduga perubahan fungsi gamelan Gong Beri dari gamelan perang ke gamelang pengiring tarian terjadi saat pemerintahan Dhalem Waturenggong. Memang, masa pemerintahan Dhalem Waturenggong disebut-sebut sebagai zaman keemasan Bali terutama di bidang kesenian dan kebudayaan.

Ihwal adanya Gong Beri di Renon sendiri masih belum jelas benar. Hanya cerita para panglingsiryang diwarisi generasi Renon kini. Yang paling populer tentu saja legenda I Regan dan I Regin yang juga berkaitan dengan asal-usul Desa Renon.

I Regan yang berasal dari Jawa diperintahkan oleh rajanya untuk membujuk agar Raja Bali yang memeluk agama Budha mau memeluk agama Siwa. I Regan berangkat ke Bali menaiki perahu dengan membawa tentara sebanyak 74 orang dengan segala perlengkapan termasuk Gong Beri.

I Regan dan pasukannya itu mengalami musibah dalam perjalanan hingga mereka terdampar di Belah Jung (Belanjong kini) dengan hanya 14 orang yang tersisa. Di Belanjong kemudian mereka tinggal. Namun, musibah kembali menerpa tempat tinggal mereka hingga akhirnya mereka pindah ke sebuah tempat yang kemudian diberi nama Rena yang lama-kelamaan menjadi Renon. Gong Beri yang mereka bisa selamatkan pun ikut dibawa ke tempat tinggalnya yang baru.

Namun, musibah ternyata tiada surut menghantam. Mereka jatuh miskin. Segala yang dimiliki pun dijual termasuk Gong Beri. Gong Beri itu dijual ke Sesetan. Perkampungan Renon sendiri tidak lagi ditinggali, sebagian pindah ke Cemenggon, sebagian ke Cerancam dan sebagian lagi ke Yang Batu.

Sementara masyarakat Sesetan yang membeli Gong Beri mengalami kejadian buruk. Saat pertunjukan Gong Beri, ternyata ada yang meninggal. Kejadian ini berulang kali muncul. Dari kejadian ini, diputuskan untuk menyimpan Gong Beri di Abian Kapas.

Di Abian Kapas, Gong beri dipakai mengiringi upacara perkawinan. Ternyata, usai upacara itu, pengantin meninggal atau pun bercerai. Selalu terjadi seperti itu.

Para tetua Renon sendiri mendengar kejadian-kejadian aneh itu. Akhirnya, mereka datang ke Abian Kapas untuk meminta kembali Gong Beri itu. Gong beri itu kemudian disucikan masyarakat Renon dan dibuatkan tarian berupa Tari Baris Cina. (b.)

_________________________________ 

Penyunting: KETUT JAGRA

http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 455 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Hari Ini Nyepi Segara di Kusamba, Begini Sejarah, Makna, dan Fungsinya

9 November 2022 - 08:17 WITA

“Nyaagang” di Klungkung, “Masuryak” di Tabanan: Tradisi Unik Hari Kuningan

18 Juni 2022 - 14:29 WITA

Magalung di Kampung: Sembahyang Subuh, Munjung ke Kuburan, Malali ke Pesisi

8 Juni 2022 - 16:31 WITA

Tiga Jenis Otonan dalam Tradisi Bali

26 Mei 2022 - 00:57 WITA

Tari Rejang: Warisan Bali Kuno, Simbol Keindahan dan Kesucian

4 Juni 2021 - 22:50 WITA

“Bahan Roras”, Pelaksana Harian Pemerintahan Adat di Tenganan Pagringsingan

2 Juni 2021 - 21:23 WITA

Makare-kare Tenganan Pagringsingan
Trending di Desa Mawacara