Hari ini, Rabu, 22 Januari 2014, dalam sistem penanggalan Bali ditandai sebagai hari Buda Umanis wuku Prangbakat. Orang Bali memberi makna istimewa pada hari Buda Umanis Prangbakat ini. Itu sebabnya, sejumlah pura memilih menggelar pujawali atau piodalan (upacara peringatan hari jadi pura) pada hari ini. Salah satu pura penting yang melaksanakan pujawali pada hari ini, yakni Pura Batu Bolong di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Pura Batu Bolong |
Pura Batubolong memang menjadi salah satu pura penting di Bali. Betapa tidak, pura ini menjadi tempat pesucian saat berlangsung piodalan atau karya (upacara besar) di pura-pura lain di Bali. Di Pura Pucak Sari, Apuan, Tabanan misalnya, sebelum piodalan dilaksanakan, Ida Batara bakal masucian ke Pura Batubolong. Sementara Ida Batara di Pura Pucak Padang Dawa, Baturiti, Tabanan hanya masucianke Batubolong kala digelar upacara besar atau karya berlingkup jagat. Begitu pula Ida Batara Dewi Danuh di Batur, Kintamani di-iring masucian ke Pura Batubolong manakala melaksanakan ritual semacam Panca Bali Krama, pakelem (larung) atau ritual panyegjeg jagat.
Tradisi masucian Ida Batara Dewi Danuh ke Batubolong diyakini sudah berlangsung sebelum Majapahit menjejakkan kekuasaannya di tanah Bali. Konon, Batubolong merupakan hilir aliran air dari Danau Batur.
Meski begitu, tiada mudah merunut kapan sejatinya Pura Batubolong didirikan. Asal-usul nama Batubolong diketahui dari cerita lisan yang berkembang di masyarakat. Konon, nama batubolong diambil dari kata welahan sila. Welah berarti belah atau sigar yang dipersepsikan sebagai saluran. Sementara sila berarti watu atau batu. Welahan sila diartikan sebagai saluran air yang ada pada belahan batu. Welahan sila inilah yang kemudian berkembang menjadi Watubelah, Watusigar hingga akhirnya dikenal sebagai Watubolong atau Batubolong hingga kini.
Batubolong atau batu berlobang itu memang masih ada hingga kini. Batu berlobang itu terdapat di tengah laut. Yang unik, dari batu berlobang itu keluar air yang rasanya tawar. Masyarakat sekitar meyakini air dari batu berlobang itu sebagai penglukatan, pangelebur dari segala macam kekotoran, segala yang tidak baik atau dosa.
Masyarakat Canggu menyebut air tawar itu sebagai tirtha pakuluh. Biasanya, air itulah yang dipergunakan sebagai tirtha atau air suci saat piodalan di Pura Batubolong yang jatuh saban Buda Umanis Prangbakat.
Pura Batubolong juga memiliki kaitan historis dengan keluarga kerajaan Mengwi. Dalam Babad Mengwi disebutkan setelah berhasil memperluas kekuasaannya hingga ke daerah tepi selatan Badung dan Blambangan, Raja Mengwi, I Gusti Agung Sakti yang bergelar Cokorda Sakti Blambangan memperbaiki sejumlah pura yakni Pura Sakenan, Uluwatu, Ulunswi, Watubolong, Watumejan, Purusada, Dalem Puri, Bukit Sari, Panarajon, Bukit Kembar, Bratan, Pucak Mangu, Pucak Entapsai, Pucak Padang Dawa, Trate Bang serta Pucak Sangkur. (b.)
______________________________________
Penulis: I Made Sujaya
Foto: I Made Sujaya
Penyunting: Ketut Jagra
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI