Menu

Mode Gelap
Kalangan Muda Kurang Berminat Kunjungi Bulan Bahasa Bali 50 Pengabdi Seni dan Budaya Desa Peliatan Dianugerahi Abisatya Sani Nugraha Meningkatkan Martabat Pendidikan Pertanian di Tengah Dominasi Pariwisata Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang

Ala Ayuning Dewasa · 18 Sep 2013 21:08 WITA ·

Sasih Ketiga, Saat Tepat Membayar Utang Leluhur dan Alam


					Sasih Ketiga, Saat Tepat Membayar Utang Leluhur dan Alam Perbesar

Oleh: I MADE SUJAYA 

Ketika Sasih Ketiga datang, desa-desa di Bali umumnya akan semarak dengan pelaksanaan upacara ngaben. Memang, inilah waktu yang dianggap baik untuk membayar utang leluhur melalui upacara pitra yadnya, seperti ngaben serta nyekah. Tak hanya itu, Sasih Ketiga juga dipandang waktu yang tepat untuk membayar utang kepada alam, menggelar upacara bhuta yadnya.

Upacara ngaben lazim digelar saat Sasih Ketiga
Dalam perkiraan astrologi Bali, Sasih Ketiga ditandai dengan puncak musim kemarau. Karenanya, udara terasa sedikit menggerahkan. Pepohonan meranggas, bukit-bukit tampak gundul. Yang terlihat hanyalah ilalang yang mengering.

Di daerah-daerah kering semisal Karangasem, perih kembali menghampiri lantaran air kembali sulit didapat. Banyak sawah pun tak terairi sehingga hasil pertanian praktis merosot. Namun, berhati-hatilah, blabur(banjir bandang) bisa datang tiba-tiba. Orang lazim menyebutnya dengan istilah blabur ketiga.

Dalam kisah-kisah Jawa Kuno digambarkan pada Sasih Ketiga atau bulan Asuji ini, burung kalangkyang menderita luar biasa. Jenis burung yang mengantungkan hidupnya dari tetes air hujan ini terhimpit nestapa.

kala Sasih Ketiga tiba, hembusan angin dari utara ke selatan dengan kekuatan sedang. Sementara hawa panas cukup menyentak di siang hari, sedangkan pada malam hari suhu terasa dingin menusuk.

Tak cuma itu, pertanda lain Sasih Ketiga yakni debu yang beterbangan di mana-mana sehingga potensial menebarkan penyakit kolera. Karena itu, Anda patut waspada agar tak terantuk sakit.

Bagi petani Sasih Ketiga merupakan bulan yang kurang menyenangkan. Sebaliknya bagi para nelayan, Sasih Ketiga merupakan saat yang menyenangkan untuk melaut karena gelombang laut tak begitu tinggi. Melaut pun bisa dilakoni dengan tenang dan ikan-ikan dengan mudah bisa ditangkap.

Barangkali karena musim kering itulah, Sasih Ketiga dianggap saat yang tepat menggelar upacara ngaben. Ngaben tentu membutuhkan cuaca terang bahkan terik matahari untuk mempercepat proses pembakaran jenazah, pengembalian unsur-unsur panca maha bhuta. Selain itu, di masa lalu, Sasih Ketiga tergolong masa jeda aktivitas di sawah karena air sedang surut dan hasil pertanian sedang merosot. Jeda waktu itu dimanfaatkan untuk menggelar upacara bersakal besar seperti ngaben.

Tahun ini, Sasih Ketiga dimulai pada Jumat, 6 September 2013 dan berakhir pada Jumat, 4 Oktober 2013. Selama rentang waktu Sasih Ketiga ini ditandai dengan sejumlah hari suci di antaranya Soma Umanis Tolu pada 9 September 2013 sebagai hari pemujaan batara-batari di merajan, Buda Kliwon Gumbreg pada Rabu, 18 September 2013, Purnama Ketiga pada 19 September 2013, Tumpek Wariga/Tumpek Uduh pada Sabtu 28 September 2013, Buda Cemeng Warigadean pada Rabu 2 Oktober 2013 dan Tilem Ketiga pada 4 Oktober 2013.

Selain dianggap sebagai saat tepat membayar utang leluhur melalui upacara pitra yadnya, Sasih Ketiga juga dinilai sebagai waktu yang baik untuk membayar utang kepada alam. Karenanya, pada rentang waktu Sasih Ketiga kerap dipilih untuk menggelar upacara bhuta yadnya seperti pecaruan.

Bagi pasangan muda yang hendak meniti kehidupan baru berumah tangga, Sasih Ketiga juga dipandang sebagai waktu yang cukup baik. Karenanya, selain upacara ngaben, nyekah dan mecaru, Anda kini mungkin menerima sejumlah undangan dari para sahabat yang tengah melangsungkan upacara pernikahan. Tentu Anda akan berupaya datang untuk menjadi saksi dari salah satu tahapan penting dalam menjamin kelangsungan kehidupan ini. Anda menjadi saksi sebuah janji setia untuk mengabdi pada kehidupan, merayakan kehidupan. (b.)
_______________________________ 

Foto: I MADE SUJAYA 
Penyunting: I KETUT JAGRA
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 675 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Hari Ini Nyepi Segara di Kusamba, Begini Sejarah, Makna, dan Fungsinya

9 November 2022 - 08:17 WITA

“Nyaagang” di Klungkung, “Masuryak” di Tabanan: Tradisi Unik Hari Kuningan

18 Juni 2022 - 14:29 WITA

Magalung di Kampung: Sembahyang Subuh, Munjung ke Kuburan, Malali ke Pesisi

8 Juni 2022 - 16:31 WITA

Tiga Jenis Otonan dalam Tradisi Bali

26 Mei 2022 - 00:57 WITA

Tari Rejang: Warisan Bali Kuno, Simbol Keindahan dan Kesucian

4 Juni 2021 - 22:50 WITA

“Bahan Roras”, Pelaksana Harian Pemerintahan Adat di Tenganan Pagringsingan

2 Juni 2021 - 21:23 WITA

Makare-kare Tenganan Pagringsingan
Trending di Desa Mawacara