Menu

Mode Gelap
Habis PKB, Terbitlah FSBJ: Merajut Kesinambungan Seni Tradisional dan Modern Fleksibel dan Adaptif, Arja Takkan Pernah Mati PKB 2025 Siap Menyala, Membawa Bali Bersinar “Masayut Tipat”, Sucikan Diri Songsong Era Baru Cegah Bhuta Kala, Warga Pupuan Pasang “Empegan” di Gerbang Rumah

Bali Tradisi · 30 Mar 2013 23:01 WITA ·

Hari “Ulihan”, Saat Mengenang Jasa-jasa Leluhur


					Hari “Ulihan”, Saat Mengenang Jasa-jasa Leluhur Perbesar

Hari ini, Minggu, 31 Maret 2013, menurut penanggalan Bali merupakan hari Redite Wage wuku Kuningan. Hari ini ditandai dengan sebuah perayaan yang dinamai hari Ulihan. Tapi, tak banyak yang merayakan hari Ulihan ini. Lebih banyak lagi yang tak tahu makna perayaan di hari pertama pada wuku Kuningan ini.

Menurut penulis buku-buku agama Hindu, IBP Sudarsana, kata ulihan bisa diartikan ‘kembali’. Memang, hari Ulihan diyakini sebagai saat kembalinya para Dewata ke kahyangan.
Menurut Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disebutkan hari Ulihan sebagai hari memberikan oleh-oleh kepada Dewa Pitara pada saat kembali ke kahyangan. Karenanya, pada hari Ulihan disuguhkan oleh-oleh berupa rempah-rempah, urutan, beras dan sejenisnya. Pada saat hari Ulihan, umat Hindu melaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada semua bangunan suci serta melangsungkan persembahyangan.

Sementara menurut Srikanden dalam buku Galungan, hari Ulihan dimaknai sebagai saat untuk mengenang jasa-jasa para leluhur yang telah mendahului kita. Generasi saat ini tentu saja punya kewajiban untuk melanjutkan langkah-langkah perjuangan para leluhur itu, terutama perjuangan yang baik. Pada saat yang sama juga merenungi segala kesalahan sehingga tidak lagi diulangi oleh generasi kini.

Setelah hari raya Ulihan, dilanjutkan dengan hari suci Pemacekan Agung. Hari Pemacekan Agung jatuh pada Soma Kliwon wuku Kuningan yakni pada Senin (1/4) besok.

Menurut Sudarsana, kata pemacekanberasal dari kata pacek yang dapat diberikan arti ‘tapa’, sedangkan kata agung berarti ‘kuat’ atau ‘teguh’. Karenanya, makna Pemacekan Agung adalah penguatan tapa terhadap godaan dari Sang Kala Tiga sehingga Sang kala Tiga kembali ke sumber-Nya. Dalam pengertian yang lain, Pemacekan Agung sebagai momentum nyomya (pengembalian) kekuatan Sang Kala Tiga ke sumbernya.

Pada hari ini dilaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada masing-masing pelinggih dan melaksanakan persembahyangan. Setelah selesai matirtha, tirtha tersebut kemudian dipercikkan ke seluruh pekarangan merajan atau rumah. Selanjutnya dihaturkan segehan agung di lebuh disertai dengan api dakep dan tetabuhan arak berem.

Pada Buda Paing Kuningan yakni Rabu (3/4) dilaksanakan piodalan Batara Wisnu. Pelaksanaan upacara dipusatkan di paibon, dadia atau panti. Sarana upakara-nya berupa sirih yang dikapuri putih, hijau, pinang 26 disertai tumpeng hitam serta reruntutannya, bunga-bunga harum. (b.)

  • Laporan: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 1,142 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

“Masayut Tipat”, Sucikan Diri Songsong Era Baru

28 Maret 2025 - 21:08 WITA

Cegah Bhuta Kala, Warga Pupuan Pasang “Empegan” di Gerbang Rumah

28 Maret 2025 - 18:12 WITA

Nyepi untuk Semua

28 Maret 2025 - 14:47 WITA

Ogoh-Ogoh dan Persatuan Gerak Generasi Muda

28 Maret 2025 - 14:23 WITA

Saraswati, E-book, dan Hoaks

8 Februari 2025 - 08:09 WITA

Siap-siap Tangkil, Usabha Pitra di Pura Dalem Puri Besakih Dimulai Hari Ini

28 Januari 2025 - 11:06 WITA

Trending di Segara Giri