Masih banyak yang beranggapan membaca puisi itu mesti dengan intonasi tinggi. Karena itu, kerap terjadi, pembacaan puisi yang mengutamakan intonasi daripada interpretasi. Padahal, membaca puisi tak sekadar intonasi, tapi justru yang jadi kunci adalah interpretasi atas puisi tersebut.
Kecenderungan itu juga masih tampak dalam lomba baca puisi (LBP) serangkaian Festival Umbu Landu Paranggi (FULP) se-Bali tahun 2023 yang diselenggarakan Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), Minggu, 6 Agustus 2023 di markas JKP, Jl. Cok Agung Tresna 109, Denpasar Timur, Bali.
“Sebagian peserta masih menganggap pembacaan puisi harus heroik sehingga mereka membacakannya dengan intonasi keras atau berteriak dan itu membuat pembacaan jauh dari makna sesungguhnya,” ucap Agung Bawantara.
Agung Bawantara mengungkapkan terjadi banyak kesalahan pemenggalan yang mengaburkan makna dari puisi yang dibacakannya. Hal itu merupakan salah satu akibat dari diutamakannya intonasi daripada interpretasi.
Puisi-puisi Reflektif
Namun, dewan juri yang terdiri dari Sthiraprana Duarsa, Agung Bawantara dan Yenny Agung mengapresiasi upaya keras para peserta untuk menampilkan sajak-sajak Umbu. Sthiraprana Duarsa mengatakan bahwa puisi-puisi Umbu Landu Paranggi adalah puisi-puisi reflektif (permenungan) yang memerlukan interpretasi mendalam dan kesulitan tertentu dalam membacakannya.
“Pada lomba ini para peserta telah bekerja keras melakukan interpretasi dan berhasil, sehingga terjadi kesamaan pembacaan yang membuat dewan juri cukup sulit untuk melakukan penilaian,” ujar Sthiraprana Duarsa.
Lomba ini diikuti oleh 71 peserta dari berbagai umur, dari anak-anak hingga dewasa. Peserta termuda berusia 9 tahun, tertua 59 tahun. Semua peserta dikelompokkan dalam satu kategori, yakni “Kategori Umum”. Peserta memperebutkan “Piala Bergilir Umbu Landu Paranggi”.
“Lomba baca puisi yang digelar JKP ini semacam tarung bebas. Siapa saja boleh ikut serta. Peserta anak-anak beradu dengan peserta dewasa,” ujar Ketua Panitia FULP, Ngurah Arya Dimas Hendratno.
Puisi-puisi yang dipakai sebagai bahan lomba adalah karya Umbu Landu Paranggi, yakni “Melodia”, “Ibunda Tercinta”, “Percakapan Selat”, “Denpasar Selatan, Dari Sebuah Lorong”, dan “Kata Kata Kata”. Setiap peserta hanya membacakan satu puisi.
Piala Tetap dan Piala Bergilir
Setelah melalui diskusi dan perdebatan yang cukup alot, Dewan Juri berhasil memutuskan dan menetapkan juara lomba baca puisi se-Bali 2023, yakni Ni Made Pritalaras T. Masjayanti sebagai juara 1, Ni Wayan Wibuti Febri Andini Lagosa sebagai juara 2, dan Kadek Ayu Suryani sebagai juara 3.
Untuk juara harapan 1 diraih oleh Ni Komang Ayu Apriliani, harapan 2 diraih Komang Adhitana Duta Satyaseva dan harapan 3 diraih oleh I Gst Agung Putu Sri Purnami Padmawati.
Dewan Juri juga memilih enam pembaca puisi berbakat. Mereka adalah I Gusti Ayu Dian Sunyan Tari, Ariska Meylani Eka Putri, I Putu Radha Prajna Dilya Putra, Ni Kadek Amai Labbita Singgi, Putu Masya Devani Putri dan Putu Putri Adelia Savitri.
Juara 1, 2, 3 akan mendapatkan piala tetap, piagam, uang tunai, dan bingkisan menarik. Sementara itu, Juara Harapan 1, 2, 3 akan mendapatkan piala tetap, piagam, dan bingkisan menarik. Enam Pembaca Puisi Berbakat akan mendapatkan piagam dan bingkisan menarik dari panitia.
Khusus untuk Juara 1 akan mendapatkan Piala Bergilir Umbu Landu Paranggi. Piala bergilir hanya boleh dimiliki selama setahun dan wajib dikembalikan ke sekretariat JKP pada bulan Juli 2024 untuk diperebutkan kembali.
“Penyerahan hadiah kepada para juara akan dilaksanakan pada saat penutupan FULP hari Minggu, 20 Agustus 2023, pk. 18.00 wita di markas JKP,” ujar Ketua Panitia FULP, Ngurah Arya Dimas Hendratno. (b.)
- Laporan: Jagadhita
- Foto: JKP
- Penyunting: I Ketut Jagra