Menu

Mode Gelap
Begini Kronologi Perang Puputan Margarana, 20 November 1946 Tanaman Cabai di Beranda Ruang Kelas: Catatan Harian dari SMKN 1 Petang Cemerlang SMA Paris di Usia 40 Tahun Menghapus Garis Demarkasi Kolonial: Catatan Pertunjukan Arja Mahasiswa Bahasa Bali Undiksha Kebun Jagung di Beranda Kelas: Catatan dari Pelatihan Menulis bagi Guru dan Siswa SMKN 1 Petang

Rerahinan · 21 Mei 2023 08:18 WITA ·

“Banyupinaruh”: “Malukat” Dahulu, “Nyurud Nasi Pradnyan” Kemudian


					Suasana Pantai Monggalan, Desa Kusamba, saat hari Banyupinaruh. Perbesar

Suasana Pantai Monggalan, Desa Kusamba, saat hari Banyupinaruh.

Minggu, 21 Mei 2023 pagi ini, sejumlah pantai di Bali diserbu umat Hindu. Mereka melakoni tradisi malukat pada hari Banyupinaruh yang jatuh pada Redite Umanis wuku Sinta.

Hari Banyupinaruh memang identik dengan kegiatan malukat ke pantai atau pun ke sumber-sumber mata air suci. Itu sebabnya, sejak subuh banyak pantai dan tempat-tempat permandian suci penuh sesak dengan umat. Cobalah datang ke sejumlah pantai utama di  Bali Selatan, seperti Padanggalak, Mertasari (Denpasar), Kuta, Petitenget (Badung), Lebih (Gianyar) maupun Kusamba (Klungkung), pada Minggu besok, sungguh penuh sesak dengan umat dari berbagai penjuru. Bahkan, mereka sudah berdatangan sejak subuh.

Tapi, Banyupinaruh sejatinya bukan sekadar malukat ke pantai di pagi hari. Banyupinaruh merupakan prosesi akhir dari rangkaian hari suci Saraswati yang sarat makna. Selain malukat, ada sejumlah tradisi lanjutan yang biasanya dilakukan orang Bali.

Wayan Wiadnyana, seorang warga Desa Kusamba, Klungkung secara khusus pulang kampung agar bisa malukat ke pantai bersama istri dan anak-anaknya. Pantai Monggalan, Kusamba merupakan salah satu pantai favorit yang didatangi warga saat Banyupinaruh maupun kajeng kliwon.

Wiadnyana menuturkan usai malukat di pantai, dia dan keluarganya melaksanakan pembersihan dan penyucian diri lagi di rumah dengan menyiramkan air kumkuman (air kembang) di kepalanya. “Kami menyebut prosesi ini makumkuman. Air kumkuman sudah dibuat kemarin malam,” kata Wiadnyana.

Selesai makumkuman, Wiadnyana bersiap bersembahyang. Diawali dengan mempersembahkan sesaji rayunan yasa pada setiap palinggih. Setelah itu, seluruh keluarga bersembahyang bersama memohon anugerah kecerdasan dari Sang Hyang Aji Saraswati.

Usai bersembahyang, Wiadnyana dan keluarga bersama-sama nyurud nasi pradyan dan air kelapa muda hijau atau dikenal dengan sebutan duegan. “Ibu saya bilang, ini simbol kita memohon anugerah kecerdasan dari Sang Hyang Aji Saraswati,” tutur Wiadnyana.

IB Sudarsana dalam buku Acara Agama Hindunasi pradnyan berwujud nasi kuning dilengkapi dengan lauk pauk, kacang saur, telur, daging ayam, kecarum, mentimun, terung dan lainnya. Mirip dengan nasi yasa sehingga dinamakan pula nasi yasa saraswati. Selain nasi pradnyan, menurut IB Sudarsana, juga ada tradisi menikmati loloh sad rasa terbuat dari segenggam beras galih (beras yang butirannya masih utuh atau tidak hancur), gamongan, garam serta air kumkuman kayu cendana. Setelah menikmati loloh sad rasa dan nasi pradnyan itu, pujawali Saraswati yang dilaksanakan sejak sehari sebelumnya (hari Saraswati) pun dinyatakan lebar atau berakhir.

Makna hari Banyupinaruh, menurut penekun sastra Hindu, IBG Agastia dalam buku Saraswati Simbol Penyadaran dan Pencerahan sejatinya penyucian diri. Kata banyu pinaruh boleh jadi berasal dari kata banyu pangaweruh yang berarti ‘air ilmu pengetahuan’ yang menyucikan dan member vitalitas hidup.

Karena itu, Banyupinaruh adalah momentum pembersihan dan penyucian diri. Jalan pembersihan dan penyucian itu dengan ilmu pengetahuan. Malukat dengan mandi ke laut sejatinya sebagai simbol pembersihan dan penyucian diri.

  • Laporan: I Made Sujaya
  • Foto: I Made Sujaya
  • Penyunting: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 186 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Pamacekan Agung, Titik Temu Galungan-Kuningan

9 Januari 2023 - 11:54 WITA

“Nyaagang” di Klungkung, “Masuryak” di Tabanan: Tradisi Unik Hari Kuningan

18 Juni 2022 - 14:29 WITA

Magalung di Kampung: Sembahyang Subuh, Munjung ke Kuburan, Malali ke Pesisi

8 Juni 2022 - 16:31 WITA

“Mulih” dan Berbagi di Hari Galungan

19 Februari 2020 - 00:11 WITA

Tumpek Wariga: Hormat Bali Kepada Sang Juru Selamat Kehidupan

25 Januari 2020 - 04:52 WITA

Galungan, ya, Hari Kebersamaan Keluarga

6 April 2017 - 00:53 WITA

Trending di Galungan