Pandemi membuat ekonomi Bali yang bergantung kepada sektor pariwisata benar-benar terpuruk, memang. Bahkan, ekonomi Pulau Dewata dikabarkan terkontraksi hingga minus 10,98%. Namun, situasi ini tak mesti diratapi berlama-lama. Justru, pandemi mesti memacu daya kreativitas di bidang ekonomi yang selaras dengan era norma baru.
Pandangan ini tampaknya mendorong Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Kedonganan berinovasi membentuk pusat perdagangan eceran dan grosir sekaligus pusat ekonomi krama adat setempat. Wadah baru itu diberi nama Tekad yang merupakan akronim dari Tenten Krama Desa Adat Kedonganan. Tenten merupakan sejenis pasar kecil dalam tradisi Bali. Jika dibandingkan dengan model pasar modern, tenten bisa disejajarkan dengan mini market. Sebagai lembaga keuangan adat, LPD mencoba mengenalkan tenten sebagai pasar mini khas Bali.
Pembukaan Tekad dilakukan bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-30 LPD Kedonganan, Rabu (9/9). Tekad direncanakan menempati gedung yang kini sedang dibangun di lahan milik LPD Kedonganan di Jalan Toya Ning, Kedonganan. Peletakan batu pertama gedung itu dilakukan kemarin oleh Kepala LPD Kedonganan, I Ketut Madra bersama Ketua Panitia Pembangunan, Kadek Supartha.
Namun, Tekad sudah mulai beroperasi sejak kemarin dengan menempati sebuah bangunan dekat gedung yang sedang dibangun. Bangunan ini awalnya milik krama dan sudah diambil alih oleh LPD Kedonganan.
Madra menjelaskan Tekad merupakan wujud nyata upaya LPD membangkitkan kembali ekonomi krama adat melalui sektor riil berupa perdagangan eceran dan grosir. Pembukaan Tekad sejalan dengan amanat Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali nomor 4 tahun 2019 tentang Desa Adat yang memberi ruang desa adat membangun bhaga utsaha padruwen desa adat (Bupda). Sebagai lembaga keuangan khusus adat Bali milik Desa Adat Kedonganan, LPD Desa Adat Kedonganan tidak saja mengembangkan usaha simpan pinjam, tetapi dimungkinkan mengembangkan usaha sektor riil dengan memanfaatkan potensi lokal krama adat setempat.
“Pandemi benar-benar memberi pelajaran berharga. Dulu, keuntungan LPD digunakan untuk memperbaiki pura atau biaya yadnya. Sekarang, keuntungan LPD digunakan untuk memberi nilai manfaat yang langsung kepada krama melalui stimulus ekonomi dan membangun sektor riil seperti Tekad ini,” beber Madra.
Menurut Madra, pada tahun 2020 dan 2021, LPD Kedonganan memang fokus membangkitkan ekonomi krama yang ambruk akibat pandemi. Melalui optimalisasi fungsi fasilitator, mediator dan inspirator, LPD mencoba menciptakan dan menggarap peluang-peluang untuk membangkitkan ekonomi krama. “Ini wujud sukerta tata pawongan sebagai salah satu tujuan desa adat,” beber Madra.
Agar tak sama dengan pasar-pasar modern lain, Tekad dikoneksikan dengan LPD sebagai sentra keuangan krama adat Kedonganan. Para nasabah LPD Kedonganan akan menerima sebuah kartu yang diberi nama Kartu Krama Mipil (KKM) Desa Adat Kedonganan. Dengan kartu ini, krama dan nasabah LPD Kedonganan bisa berbelanja di Tekad serta bisa menikmati layanan keuangan LPD Kedonganan. Misalnya, menarik tabungan, membayar tagihan kredit maupun menabung.
“Jadi, Tekad ini tidak semata jadi pusat perdagangan eceran dan grosir krama adat Kedonganan, tapi sekaligus berfungsi sebagai sejenis kantor cabang pembantu LPD Kedonganan,” kata Madra.
Melalui KKM, transaksi nontunai bisa dimaksimalkan. Ini sejalan dengan imbauan pemerintah untuk mengurangi transaksi tunai.
Pengolahan Sampah
Selain mewujudkan sukerta tata pawongan, LPD Kedonganan juga mendorong dan memfasilitasi pengelolaan sampah warga menjadi produk bermanfaat yakni biogas sebagai bagian program sukerta tata palemahan. Untuk mewujudkan ini, LPD Kedonganan memfasilitasi seorang warga Kedonganan lulusan Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen Jerman, I Putu Eka Widya Pratama. Eka baru saja pulang dari Jerman dan kini berniat mengembangkan pengolahan sampah menjadi biogas sebagai sumbangsihnya kepada tanah kelahirannya yang masih berkutat dengan masalah penanganan sampah warga.
“Apa yang saya lakukan ini sepenuhnya meniru apa yang dilakukan di Jerman. Saya ingin mencoba dulu untuk skala desa. Syukur, LPD Kedonganan mau mendukung upaya ini,” kata Eka Pratama.
Madra mangapresiasi inisiatif Eka Pratama. Menurut Madra, sampah menjadi salah satu masalah kronis di Kedonganan yang perlu penanganan serius. “Kedonganan patut bersyukur ada anak mudanya yang mau dan mampu mengurus pengolahan sampah ini. Karena itu, sebagai lembaga keuangan khusus krama adat, sudah selayaknya LPD Kedonganan mendukung,” kata Madra.
Tokoh masyarakat Kedonganan, Putu Suwendra menyambut baik inovasi LPD Kedonganan membuka Tekad. Dengan potensi pasar sekitar 12.000 nasabah, Tekad bisa bersaing dan memberi manfaat bagi kesejahteraan krama adat Kedonganan.
Camat Kuta, I Nyoman Rudiarta juga mengapresiasi upaya LPD Kedonganan membangun Tekad, mengeluarkan KKM dan memfasilitasi pengolahan sampah menjadi biogas yang diinisiasi krama setempat. Rudiarta menyebutkan juga akan mendorong hal serupa di wilayah lain di Kuta. (b.)
____________________________________
Teks dan foto: Sujaya