Menu

Mode Gelap
Keragaman Fantasi dalam Festofantasy HUT ke-39 SMA Paris Edukasi Kesejahteraan Hewan, Ajak Anak-anak Kenali Zoonosis Kirab Nasionalisme Hari Kemerdekaan ala Desa Adat Kedonganan Baca Puisi Tak Sekadar Intonasi, Tapi Interpretasi: Dari LBP FULP se-Bali 2023 “Duwe” Desa Adat, Krama dan Prajuru Adat Wajib Bentengi LPD

Bali Tradisi · 18 Okt 2014 00:37 WITA ·

Tumpek Landep, Saatnya Menajamkan “Senjata” di Dalam Diri


					Tumpek Landep, Saatnya Menajamkan “Senjata” di Dalam Diri Perbesar

Hari Tumpek Landep yang dirayakan masyarakat Bali, Sabtu (18/10) hari ini bukan sekadar hari untuk mengupacarai berbagai jenis senjata tajam, apalagi kendaraan bermotor. Justru, makna utama hari Tumpek Landep sejatinya momentum menajamkan “senjata” dalam diri, yakni kecerdasan dan budi pekerti. Pandangan ini dikemukakan dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana dan Ketua PHDI Pusat, I Ketut Wiana. 
Orang Bali menyucikan keris saat hari Tumpek Landep
(Baca: Tumpek Landep, Hari Teknologi ala Bali)

“Senjata utama manusia itu kecerdasan dan budi pekertinya. Inilah yang harus terus diasah agar senantiasa tajam sehingga memberi makna dan manfaat dalam mewujudkan hidup dan kehidupan yang lebih baik,” kata Wiradnyana. 

Menurut Wiana, Tumpek Landep merupakan momentum untuk mengusut-usut diri, menelisik ke dalam diri, sejauh mana telah memiliki ketajaman pikiran dan nurani sebagai bekal dalam menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan yang datang silih berganti. Ketajaman pikiran diwujudkan dengan kemampuan mencari solusi atas masalah yang dihadapi, sedangkan ketajaman nurani diwujudkan dengan sikap simpati dan empati terhadap keadaan orang. 
(Baca: Antara Adu Gengsi dan Nurani yang Tumpul)

Memang, menurut Wiradnyana dan Wiana, secara praktis Tumpek Landep diwujudkan dengan ritual mengupacarai berbagai jenis senjata. Belakangan, masyarakat Bali juga mengupacarai kendaraan bermotor yang dimiliki. Namun, ritual itu lebih sebagai simbol untuk mengingatkan manusia tentang kesejatian ketajaman senjata dan itu ada di dalam diri. 
“Itu sebabnya, dalam kisah Mahabharata, Arjuna lebih memilih Kresna yang tidak bersenjata tinimbang ribuan pasukan yang lengkap dengan berbagai senjata. Itu karena senjata utama dan terbaik bukanlah keris, tombak, pedang atau pun bom atom, tapi pikiran dan budi manusia yang berlandaskan dharma,” kata Wiradnyana. 
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 47 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Ini Kegiatan Penutup Brata Siwaratri yang Sering Dilupakan

23 Januari 2020 - 12:42 WITA

Nyepi Segara, Ucap Syukur Atas Karunia Dewa Baruna

26 Oktober 2018 - 15:06 WITA

Ngusaba Nini, Krama Desa Pakraman Kusamba “Mapeed” Empat Hari

25 Oktober 2018 - 15:03 WITA

“Pamendeman” Ratu Bagus Tutup Puncak “Karya Mamungkah” Pura Puseh-Bale Agung Kusamba

4 April 2018 - 10:18 WITA

“Purnama Kadasa”, Petani Tista Buleleng “Nyepi Abian”

31 Maret 2018 - 14:39 WITA

Cerminan Rasa Cemas Bernama Ogoh-ogoh

14 Maret 2018 - 19:12 WITA

Trending di Bali Tradisi